Dark/Light Mode

Obat, Jangan Nunggu Ponari

Minggu, 25 Juli 2021 07:00 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Masalah obat-obatan, kefarmasian dan kesehatan di Indonesia kian terlihat ketika terjadi krisis seperti sekarang. Ada kelangkaan oksigen, keterbatasan rumah sakit. Ada pula kasus yang berbau politis seperti kasus Ivermectin, yang seperti disampaikan Indonesia Corruption Watch (ICW), menyerempet sampai ke ruang-ruang politis.

Mafia obat yang digaungkan selama ini, juga tak jelas, siapa mafianya. Yang ditangkap hanya para penimbun obat. Mafianya tak jelas.

Masalah industri farmasi, juga tak tuntas sampai ke akar masalahnya. Impor bahan baku obat masih 90 persen. 60 persen dari China, 30 persen dari India. Nilainya mencapai 700 juta dolar AS. Itu data dari Kementerian Perindustrian.

Baca juga : Perbaiki Komunikasi!

Ketergantungan ini membuat Indonesia tak bisa mandiri. Cenderung jadi “peracik”. Bahkan, dalam kondisi tertentu bisa mengancam ketahanan kesehatan nasional.

Sebenarnya sudah ada maping supaya Indonesia bisa mandiri di bidang farmasi. Namanya Permenkes No 87 tahun 2013. Judulnya: Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Namanya keren. Tekadnya hebat. Tapi, sampai sekarang, “masih begitu-begitu saja”.

Ketika ada peristiwa atau kasus besar pun, tekad selalu digaungkan, “mari kita jadikan ini sebagai momentum”.

Baca juga : "Ikatan Cinta" Dengan Rakyat

Tekad itu menjadi klise yang didaur ulang. Terus menerus. Karena, ketika Ponari menemukan “batu ajaib” sampai dia menikah dan sekarang sudah punya anak, masalahnya nyaris sama. Tekadnya, juga tak berubah: “ayo berantas mafia obat!”.

Kalau Presiden menelpon langsung Menkes saat blusukan ke apotek, kita juga berharap, gantian Menkes yang secepatnya melapor ke Presiden, “Pak, mafia obatnya sudah ketemu”. Menkes kemudian bertekad, “peta jalan 2013 akan diseriusi supaya kita tidak tersesat di jalan yang benar”.

Setelah itu, tak berapa lama, masalah obat, farmasi dan kesehatan di Indonesia bisa tertangani dengan baik. Beres. Tuntas. Sampai ke akar-akarnya. Tak perlu menunggu istri Ponari melahirkan anak kedua. Tak perlu juga menunggu ada anak lain menemukan “batu ajaib” lagi.

Baca juga : "Guru Kencing Duduk, Murid…"

Semoga.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.