Dark/Light Mode

Majukan Dunia Tinju, Holywings Bakal Gelar HSS Secara Berkala

Jumat, 18 Maret 2022 21:05 WIB
Diskusi bertajuk HSS dan Masa Depan Tinju Indonesia, di Holywings Gatsu, Jakarta Selatan, Jumat (18/3). (Foto: Istimewa)
Diskusi bertajuk HSS dan Masa Depan Tinju Indonesia, di Holywings Gatsu, Jakarta Selatan, Jumat (18/3). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak semua petinju Indonesia sejahtera. Beberapa di antaranya justru sangat memprihatinkan. Bayaran yang diterima sangat kecil setiap kali naik ring. Padahal, risiko yang mereka hadapi sangat besar.

Hal inilah yang menjadi perhatian para pelaku olahraga tinju, baik promotor, manajer, pembina, pengamat, maupun para wakil badan tinju yang ada di Indonesia. Dalam sebuah diskusi bertajuk “HSS & Masa Depan Tinju Indonesia” di Holywings Gatsu, Jakarta Selatan, Jumat (18/3), banyak hal yang dibahas. Mulai dari bayaran petinju sampai regulasi.

Yang hadir sebagai pembicara adalah pengamat tinju dan wartawan senior Mahfudin Nigara, promotor Armin Tan Jaya, dokter ring Putu, perwakilan Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) Esther, perwakilan Komisi Tinju Indonesia (KTI) Erik, pengelola Holywings Ivan Tanujaya dan Pertina DKI Jakarta Hengky Silatang.

Baca juga : Mantapkan Transisi Energi, RI-Singapura Gelar Pertemuan Bilateral Bidang Energi

Nigara mengatakan, hidup menjadi petinju profesional di Indonesia tidaklah mengenakkan. Sebab, bayaran yang diterima sangat kecil. Oleh karenanya, tidak heran jika ada satu orang petinju yang tampil pada satu pertandingan di bawah bendera Komisi Tinju Indonesia (KTI), pada waktu yang berbeda tampil dengan bendera Asosiasi Tinju Indonesia (ATI).

“Hal ini menyebabkan petinju tidak fokus. Yang penting bagi petinju, mereka bisa naik ring dan dapat bayaran,” kata Nigara. Karenanya, Nigara sangat mendukung event tinju Holywings Sport Show (HSS) yang rencananya akan dilakukan secara berkala setelah pergelaran perdana pada 27 Februari lalu.

Ivan Tanuwijaya, selaku pihak pengelola Holywings, sudah sepakat untuk menggelar HSS secara berkelanjutan demi memajukan tinju profesional Indonesia. Ia pun berjanji akan membayar petinju dengan nilai yang wajar, setidaknya Rp 50 juta sekali tampil. “Mungkin bayaran yang diberikan Holywings yang terbesar ketimbang ajang serupa yang pernah digelar di beberapa stasiun televisi,” kata Ivan.

Baca juga : Lestari Ingatkan Pentingnya Siapkan Tenaga Pendidikan Berkualitas

Sementara, dokter ring Putu mengatakan, tidak adanya buku hitam tentang catatan track record petinju akan sangat menyulitkan untuk menentukan kapan petinju boleh tampil lagi setelah mereka naik ring terakhir. Petinju yang kalah KO harus ada jeda tidak boleh tampil selama 45 hari. Kalau dua kali kalah KO, harus istirahat 90 hari, dan begitu seterusnya.

“Tapi, di Indonesia ada petinju yang kalah KO enam kali masih boleh main pada kejuaraan nasional. Ini berbahaya,” katanya.

Putu melanjutkan, kondisi petinju yang tidak siap tampil harusnya tidak boleh dipaksakan naik ring. Sebab, akibatnya bisa fatal. Bahkan menyebabkan kematian.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Melonjak, Momen Tepat Ajak Masyarakat Gunakan BBM Berkualitas

Promotor tinju pro Indonesia Armin Tan Jaya mengatakan, untuk petinju Indonesia yang tampil di HSS, kalau bisa hanya main 10 ronde. Sebab, misi dari penyelenggara HSS adalah untuk pembinaan dan mencari bibit-bibit atlet berbakat yang masih muda. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.