Dark/Light Mode

Jika Jadi Ketum PSSI, Bernhard Limbong Ogah Pakai Pemain Naturalisasi

Rabu, 30 Oktober 2019 21:26 WIB
Bernhard Limbong saat pemaparan visi dan misinya sebagai caketum PSSI periode 2019-2023, di Wisma Kemenpora, Rabu (30/10). (Foto: Istimewa)
Bernhard Limbong saat pemaparan visi dan misinya sebagai caketum PSSI periode 2019-2023, di Wisma Kemenpora, Rabu (30/10). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Calon Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Caketum PSSI), Bernhard Limbong, dengan tegas menuturkan kalau dirinya enggan memakai jasa pemain naturalisasi apabila terpilih sebagai Ketum PSSI periode 2019-2023.

Hal tersebut diungkapkannya saat menghadiri acara Debat Calon Ketua Umum PSSI yang digelar Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Pusat dan PSSI Pers di Wisma Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Rabu (30/10).

Dirinya mengatakan kalau program pemain naturalisasi merupakan langkah percuma. Pasalnya, Indonesia menurutnya memiliki stok pemain yang melimpah, mengacu dari jumlah total penduduknya. Apalagi PSSI dinilai melakukan naturalisasi dengan kebijakan yang kurang tepat.

Baca juga : Jaksa Agung Jadi Keluarga Besar Perlisindo

Pasalnya banyak pemain yang dinaturalisasi justru di usia yang sudah cukup senior, atau rata-rata di atas 30 tahun.

"Saya tidak mau menggunakan naturalisasi. Orang kita 270 juta penduduk kok. Jangan disamakan dengan Singapura atau Filipina," kata Limbong di sela acara.

"Tidak hanya sedikit penduduknya, olahraga mereka itu tidak fokus di sepak bola, mereka juga suka bola basket. Nah kalau kita kan sepak bola menjadi olahraga rakyat, dari Sabang sampai Merauke cinta sepak bola," sambungnya.

Baca juga : Diskusi Daya Saing Ekonomi, Bambroj Dapat Penugasan Baru dari Jokowi

Ia juga bertekad membangun pemerataan sepak bola di seluruh Tanah Air, termasuk di Papua. Pria yang juga sempat menjadi Komite Wasit PSSI itu ingin membangun pusat latihan serta pembinaan di Tanah Papua.

"Saya bercita-cita bikin Chandra di Muka sepak bola di Papua. Mulai pembinaan dan pusat latihan beda. Misalnya di Papua itu sarana, prasarana, infrasktruktur dibikin. Sarana dan prasarana sepak bola harus juga dibikin bareng, paralel," tegas Limbong.

"Papua banyak lahan tapi tempat latihan tidak ada, hanya ada tempat pertandingan, itu pun paling di Mandala Krida di Jayapura. Saya menginginkan suatu saat kelak harus ada seperti di Jepang. Lapangannya itu ada yang khusus pertandingan, ada yang khusus TC, ada yang latihan biasa.

Baca juga : Jadi Ketum KOI, Okto Terpilih Aklamasi

Dia mempunyai 12 lapangan latihan, dua lapangan pra pertandingan dan stadion untuk pertandingan. Nah kita, Persija saja tidak punya lapangan latihan, ke sana kemari," pungkasnya. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.