BREAKING NEWS
 

Berkali-kali Mengucapkan Kata-kata Yang Mencemaskan

Jokowi: Ngeri, Ngeri, Ngeri..!

Reporter & Editor :
SRI NURGANINGSIH
Jumat, 10 Juli 2020 06:44 WIB
Presiden Jokowi saat memberikan arahan terkait Covid-19 di Komplek Kantor Gubernur Kalimantan Tengah, Palangka Raya, Kamis (9/7). (Foto: Sekretariat Kabinet)

 Sebelumnya 
Jokowi khawatir, apabila jajarannya bekerja biasa saja, ekonomi di kuartal ketiga nanti akan serupa dengan yang terjadi di kuartal sebelumnya. “Kalau endak (tidak ada perubahan), ngeri saya. Terus terang saya ngeri. Ini kuncinya di kuartal III,” ujar Jokowi.

Dia mengaku terus memantau penggunaan anggaran setiap kementerian. Dia minta agar serapan anggaran dikebut untuk belanja di dalam negeri. Sementara untuk belanja produk luar negeri direm.

Baca juga : Jangan Minta Jokowi Mundur, Nanti Diciduk

Apa yang disampaikan Jokowi memang bukan basa-basi. Berbagai indikator ekonomi kita mencemaskan. Data teranyar yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani kemarin, menyebut defisit APBN Semester I-2020 sudah mencapai Rp 257,8 triliun atau sebesar 1,57 persen terhadap PDB. Sementara pendapatan dari pajak jeblok. Sepanjang semester pertama pendapatan negara tercatat Rp 811,2 triliun atau tumbuh negatif 9,8 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Menurut Sri Mulyani, penurunan penerimaan dari pajak terjadi lantaran adanya perlambatan ekonomi. Saat rapat dengan Banggar DPR, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi semester I 2020 akan tumbuh negatif. Kirakira di kisaran minus 1,1 0,4 persen. Perlambatan ini diakibatkan gangguan pada sisi demand and supply. Penurunan sudah terasa sejak kuartal I dan makin menurun tajam di kuartal II karena ada penerapan PSBB.

Baca juga : Jokowi: Hati-hati, Saya Ikuti Kamu...

Guru Besar Ilmu Ekonomi UII, Prof Edy Suwandi Hamid menilai, apa yang disampaikan Jokowi benar adanya. Saat ini kita sudah masuk dalam krisis. Pertumbuhan ekonomi kuartal II pasti negatif. Sama seperti semua negara di dunia.

Seberapa besar ancaman krisis ke depan? Edy mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah beberapa kali menghadapi krisis. Jadi tidak terlalu kaget. Hanya saja, krisis kali ini penuh dengan ketidakpastian. Jadi sangat sulit mengukur seberapa dalam bahayanya.

Baca juga : Menkes: Semoga Perekonomian Terangkat

“Sekarang rentangnya begitu besar karena ketidakpastian yang tinggi. Karena itu para ekonom sulit memprediksi seberapa dalam jurang krisisnya. Jadi yang penting sekarang adalah bagaimana mengantisipasinya,” kata Edy, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense