RM.id Rakyat Merdeka - Pernyataan Capres Prabowo Subianto tentang TNI yang suka laporan asal bapak senang (ABS), dalam debat capres keempat lalu, berbuntut panjang.
Menko Polhukam Wiranto buka-bukaan tentang sikap TNI usai membuka Rakornas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Banjarmasin, kemarin.
Dia mementahkan pernyataan Prabowo saat debat yang meng anggap TNI ABS, pertahanan buruk dan lemah. “Nga-be-es (ABS) ke Pak Jokowi yang suka blusukan ke sana-kemari percuma, pasti akan mempermalukan diri sendiri karena akan ketahuan bohongnya. Karena itu, jangan asal menuduh menyamakan dengan pengalamannya sendiri. Apalagi yang dituduh institusi TNI, almamater yang membesarkannya, sungguh menyedihkan,” sindir Wiranto.
Mendengarkan pernyataan Prabowo yang sejak usia 18 tahun sudah siap mati untuk bela negara, mantan Panglima ABRI ini juga menjelaskan, bahwa tak hanya Prabowo namun semua prajurit TNI sejak dilantik sudah kontrak mati untuk Indonesia. Sampai saat ini, sudah ribuan prajurit yang gugur dalam menjalankan tugas.
Baca juga : Kasih Sumbangan, Pekerja Bengkel Nangis Di Pelukan Prabowo
“Maka sebaiknya kalau masih hidup sampai sekarang tak perlu membanggakan diri, lebih baik mensyukuri untuk melanjutkan pengabdiannya. “The soldiers never die just fade away,” cetus Wiranto.
Soal ancaman perang, Prabowo menyalahkan para senior yang tahun 90-n meramalkan tak ada perang, tapi kenyataan ada operasi militeri Timtim. “Senior benar Prabowo salah,” tegasnya.
Dia menjelaskan, operasi di Timtim bukan perang antar negara tetapi Opskamdagri (operasi keamanan dalam negeri) di Propinsi ke-27 (saat itu). Pasca Proklamasi 1945 Indonesia hanya mengalami perang sekali sewaktu menghadapi agresi Belanda. Sampai kini dan prediksi kedepan perang terbuka, perang konvensional akan sangat kecil kemungkinannya (hasil kajian strategis).
Mindset ancaman sudah berubah dalam spektrum yang lebih luas dan kompleks. Dalam hal ini Wiranto mengkritisi kalau dalam menerjemahkan ancaman sudah salah, maka kebijakan yang diambil pasti akan jauh menyimpang dari yang dibutuhkan, apalagi itu kebijakan negara, wah pastilah risikonya sangat fatal.
Baca juga : Jokowi Ngopi Bareng Pengusaha Dan Milenial
“Contohnya karena salah mendiskripsikan ancaman terkini maka Capres Nomer 02 yang menganggap dirinya paling paham soal Hankam menganggap pertahanan kita buruk dan lemah karena kita gak punya uang untuk memberdayakan TNI kita . Bayangkan kalau APBN dihambur untuk membeli Alutsista TNI, sedangkan ancaman rielnya bukan perang apa jadinya negeri ini,” urainya.
Pihaknya justru mengapresiasi Presiden Jokowi sudah benar APBN buat pertahanan terus meningkat sejalan dengan semakin menipisnya trauma kembalinya kekuatan militer mendominasi negeri ini. Ketika ditanya lagi soal sikap Prabowo yang akan mempertahankan teknologi lama/kuno dengan alasan tak mau berhu tang, Wiranto menukas,” Wah ini benar-benar aneh dan salah besar,".
Menurut dia, Undang Undang Dasar 1945 dengan sangat gamblang mengamanatkan kepada kepala negara/pemerintahan untuk melindungi, mensejahtera kan dan mencerdaskan kehidupan bangsa baru ikut melaksanakan ketertiban dunia.
“Ini ada Capres yg malah enggan mencerdaskan bangsanya hanya karena tak mau berhutang! Negara mana sih yang nggak ngutang? Negara maju seperti AS, Jepang bahkan China punya hutang,” tuturnya.
Baca juga : Di Jabar, Jokowi Unggul 1 Persen Dari Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pernah membeberkan rapuhnya kondisi per tahanan Indonesia dalam menghadapi ancaman peperangan. Dia menyatakan, kemungkinan Indonesia hanya mampu bertem pur selama tiga hari karena per soalan cadangan energi. “Saya mau kutip ucapan menteri sendiri, rekan kita juga Menhan sendiri mengatakan kalau terjadi perang di Indonesia, kita bisa perang hanya tiga hari,” ujar Prabowo.
Dia lantas menyitir pernyataan Menhan Ryamizard Ryacudu tiga tahun lalu. Menurut Ryamizard, pangkal permasalahan rapuhnya pertahanan Indonesia terletak pada cadangan energi berupa bahan bakar.
Ryamizard menyatakan cadangan BBM Indonesia saat ini hanya sanggup memenuhi kegiatan sehari-hari. Cadangan operasional itu pun diperkirakan hanya bisa bertahan 17 hari. Hal itu berbeda jauh dengan Malaysia yang punya cadangan energi hingga 30 hari, Singapura 50 hari, dan Korea Selatan 50 hari. [DIR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.