Sebelumnya
Ketiga, merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Opsi ini mencontoh dari kasus yang terjadi pada Sabena Airlines asal Belgia dan Swissair asal Swiss.
Nantinya, Garuda akan dibiarkan melalui restrukturisasi, namun di saat bersamaan mulai didirikan perusahaan maskapai penerbangan domestik baru. Maskapai baru ini akan mengambil alih sebagian besar rute domestik Garuda dan menjadi national carrier di pasar domestik.
Opsi ini dimaksudkan untuk tetap menjaga Indonesia memiliki national flag carrier, tetapi tentu perlu eksplorasi lebih lanjut. Ada pun estimasi modal yang dibutuhkan untuk pembuatan maskapai baru mencapai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 17,1 triliun.
Baca juga : Selamatkan Garuda, Erick Bakal Pangkas Jumlah Komisaris
Keempat, Garuda dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan. Lewat opsi melikuidasi Garuda, maka pemerintah akan mendorong sektor swasta untuk meningkarkan layanan udara. Misalnya, dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih rendah.
Opsi ini mencontoh dari kasus yang terjadi pada Varig Airlines asal Brasil dan Malev Hungarian Airlines asal Hongaria. Namun catatan pada opsi ini, artinya Indonesia tidak lagi memiliki national flag carrier.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra enggan menanggapinya. “Detail sebaiknya cek ke Kementerian BUMN ya,” kilahnya.
Baca juga : Masyarakat Harus Laporkan Kasus Pelanggaran Prokes
Di kesempatan berbeda, Irfan pernah menjelaskan, bahwa saat ini utang perseroan mencapai Rp 70 triliun dan bertambah Rp 1 triliun setiap bulannya.
“Secara cash sudah negatif. Secara modal sudah minus Rp 41 triliun,” ujar Irfan dalam rekaman internal, Senin (24/5).
Pengamat penerbangan Alvin Lie berpendapat, meski kondisi sulit sekalipun, Garuda sebagai BUMN harus tetap beroperasi.
Baca juga : Menteri Erick : Integrasi Pembiayaan Ultra Mikro Jadi Prioritas Pemerintah
“Garuda sebagai BUMN, (beroperasi) tidak hanya murni bisnis. Tapi ada misi negara, juga punya kepentingan perdagangan dan lain-lain. Jadi, biar rugi tetap harus dijalani,” tutur Alvin kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Meski memiliki utang mencapai Rp 70 triliun, kata dia, Garuda masih mampu bertahan bila dilihat dari pola bisnis atau usaha perusahaan. Karena itu, dia setuju Garuda lebih fokus melayani penerbangan domestik yang masih sangat besar potensinya. [IMA]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.