BREAKING NEWS
 

Produksi Beras Surplus

DPR: Bulog, Dukunglah Petani

Reporter : HAIKAL AMIRULLAH
Editor : AULIA DARWIS
Selasa, 17 Januari 2023 07:50 WIB
Anggota Komisi IV DPR Suhardi Duka. (Foto: DPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi IV DPR Suhardi Duka menyoroti kinerja Perum Bulog setahun belakangan ini. Bulog yang seharusnya menjadi penyangga petani, kini malah terkesan mencari untung dengan program impor beras.

“Saya ini orang paling mendu­kung Bulog selama ini. Tapi terus terang, saya kecewa dengan Bu­log terakhir ini. Kenapa mengajukan impor (beras) 1 juta ton walau yang disetujui 500 ribu ton,” kata Suhardi dalam rapat kerja Komisi IV bersama Men­teri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Perum Bulog, Holding Pangan ID Food, dan PT Pupuk Indonesia di Gedung Parlemen, Jakarta, kemarin.

Suhardi mengatakan, untuk pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), Bulog seha­rusnya lebih memprioritaskan pembelian hasil produksi beras gabah dari petani. Saat ini ke­mampuan Bulog membeli beras di pasaran adalah Rp 8.200 per kilogram. Sementara harga di tingkat petani sudah mencapai Rp 9.500 sampai 10 ribu per kilogram. “Kalau harga segitu (Rp 8.200 per kilogram), tentu tidak ada petani yang mau jual ke Bulog,” ujarnya.

Baca juga : Istri Lukas Enembe Ogah Bersaksi Buat Suaminya, KPK: Penuhi Dulu Panggilan Penyidik

Dia menuturkan, harga gabah dan beras memang mengalami kenaikan karena harga produksi di tingkat petani juga mengalami kenaikan. Kenaikan dipicu oleh harga pupuk dan biaya ongkos transportasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Walau ada kenaikan di tingkat petani, semestinya tidak menjadi dalih bagi Pemerintah untuk membuka keran impor.

“Bulog tidak lagi mendu­kung petani malah mencari keuntungan dari impor karena memang lebih murah dari dalam negeri. Kalau seperti ini, petani kita tidak akan ada lagi yang mau menyangga,” tambah politisi Partai Demokrat ini.

Suhardi menilai, mestinya kebijakan impor beras mengacu data produksi Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi dalam negeri cukup. Data BPS menyebutkan, produksi beras mencapai 32,07 juta ton atau setara 54 juta ton gabah dan ada surplus beras 1,7 juta ton lebih. “Kalau kita katakan tidak cukup, terus data mana yang kita percayai,” ucapnya.

Baca juga : BSI Bakal Makin Lincah Ekspansi

Menurutnya, jika memang tidak percaya sama data Kemen­tan, semestinya data BPS-lah yang menjadi pijakan dalam keputusan impor beras. “Kalau tidak gunakan data BPS, data mana lagi yang kita percaya. Atau semua data kita tidak per­caya,” jelasnya.

Suhardi juga menyoroti anggaran sektor pertanian yang terus mengalami penurunan sejak 2017 mencapai Rp 24,23 triliun dan kini Rp 16,44 triliun di tahun 2022. Penurunan anggaran ini diduga disebab­kan dua hal. Pertama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan jajaran yang kurang lobi ke Kemenkeu sehingga anggaran turun terus.

Adsense

Faktor kedua, Pemerintah tidak lagi menjadikan sektor pertanian sebagai sektor priori­tas. “Ini harus jadi perhatian kita bersama bukan hanya Kemen­tan tapi juga Komisi IV untuk fokus melihat persoalan ini,” jelasnya.

Baca juga : Soal Surplus Beras, Mendag & Mentan Beda Data

Sementara anggota Komisi IV Andi Akmal Pasluddin me­nilai, kinerja Kementan cukup baik pada tahun 2022. Kemen­tan mampu mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Produksi per­tanian juga memenuhi target.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense