Sebelumnya
Alasannya: supaya mereka tertarik tinggal dan berinvestasi di Prancis. Kalau mereka berinvestasi di Prancis, dampaknya ke rakyat-rakyat juga. Banyak lapangan pekerjaan. Pengangguran berkurang. Tapi rakyat sudah kadung kecewa. Bukan hanya kecewa kepada beberapa kebijakan Macron, sekarang. Tapi juga karena harapan (di masa lalu, saat kampanye) yang ternyata meleset. Macron dinilai “jauh panggang dari api”.
Rompi kuning kemudian mewakili mereka yang kecewa. Macron didesak supaya mengundurkan diri. Macron pusing. Apalagi ada survei: 7 dari 10 rakyat Prancis mendukung aksi rompi kuning.
Baca juga : Dari Jember Turun Ke Sawah (Kasus e-KTP)
Macron terpilih tahun lalu dengan janji mengubah wajah politik Prancis dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dia menawarkan sekarung solusi nyata dan praktis. Dia berhasil mendiagnosa frustrasi dan sakit hati rakyat. Dan yang penting: menawarkan obat yang diklaim manjur.
Di saat yang sama, pemilih Prancis sudah bosan dengan politisi karier. Mereka dinilai terlampau banyak menGumbar janji. menjual kata-kata. Tak memihak rakyat. Mereka juga bosan dengan “kanan dan kiri”. Macron yang berhaluan tengah datang membawa angin baru. Cocok.
Macron juga berjiwa muda. Dia memang masih relatif muda: 40 tahun. Dia energik. Membawa pesan positif. Progresif. Dia (tampaknya) tidak membawa bagasi politik. Dia profesional yang pernah bekerja di perusahaan multinasional. Pokoknya: dialah penyelamat Di hari pemilihan, rakyat memilihnya. Dia menang. Namun, tak butuh waktu lama, rakyat Prancis merasakan bahwa harapan itu ternyata hanya ilusi. Macron dianggap mulai menunjukkan watak aslinya: tidak memihak rakyat kecil. Tidak punya empati.
Dengan kalimat-kalimat nyelekitnya, dia juga dinilai meremehkan rakyat kecil yang berjuang untuk bertahan hidup di lingkungan ekonomi negara yang semakin keras.
Sekarang, rompi kuning telanjur berubah merah. Menyala-nyala. Membakar. Ratusan ribu orang berdemo. Ribuan orang ditangkap. Di tengah desakan dan gelombang tuntutan dan kemarahan itu, Macron masih bisa menyadari kesalahannya.
Baca juga : Surat Bush, Pujian Bill
“Saya tahu bahwa saya telah menyakiti beberapa dari Anda dengan ucapan-ucapan saya,” tutur Macron dalam pidatonya selama 15 menit dari Istana Elysee, Senin (10/12). Dia juga mengumumkan kenaikan upah minimum tahun depan.
Rakyat Prancis sedikit terhibur. Bisa lama. Bisa sebentar, terhiburnya. Sekarang, tinggal menunggu: adakah “bendera putih” atau “bendera kuning” yang akan dikibarkan. Atau, rakyat yang akan menanggalkan rompi kuning mereka. Tidak demo lagi. Adem. Win-win solution. Lalu semuanya kembali dari awal. Seperti sapaan penjaga pom bensin, “mulai dari nol ya pak…”. Sapaan ramah khas Indonesia itu mungkinkah diucapkan demonstran rompi kuning?
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.