Dark/Light Mode

Annisa Puji Lestari, Mahasiswa Universitas Telkom

Bioinsektisida dan Kompos Biji Kelengkeng sebagai Solusi Waste Management yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Jumat, 30 Desember 2022 09:50 WIB
Bioinsektisida dan Kompos Biji Kelengkeng. Sumber: Penulis (2022)
Bioinsektisida dan Kompos Biji Kelengkeng. Sumber: Penulis (2022)

Pendahuluan

Sampah merupakan salah satu masalah yang sangat besar dan perlu segera di tangani. Sampah terbagi menjadi dua, yakni sampah organik dan sampah anorganik. Kedua jenis sampah ini merupakan salah satu sumber pemasok carbon market di Indonesia. Hal ini selaras dengan pendapat Sunarto, dkk (2014) yang menyatakan bahwa proses dekomposisi sampah organik yang tertimbun di dalam tanah akan menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa biogas yang terdiri atas gas methana dan gas karbon dioksida. 

Salah satu sampah organik yang ada di Indonesia dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah sampah biji kelengkeng. Biji Kelengkeng yang menjadi limbah organik ternyata mengandung saponin, flavonoid dan tannin. Menurut Harborne (1997), saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Sementara flavonoid termasuk kelas fenolik bersifat insektisida alami yang kuat berupa isoflavon. Isoflavon memiliki efek pada reproduksi serangga yaitu antifertilasi. Tannin dapat bereaksi dengan protein dan membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kandungan yang terdapat dalam biji kelengkeng ternyata merupakan potensi sumber daya alam hayati yang belum termanfaatkan dalam sebuah produk inovasi pemanfaatan limbah dalam bidang pertanian berupa insektisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Kardinan (2004) yang menyatakan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan bisa digunakan sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid.

Dalam hal ini, bioinsektisida dibuat dari ekstrak biji kelengkeng, sedangkan residu dari ekstrak biji kelengkeng juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos mengingat semua bahan organik terutama dari  tumbuhan sangat potensial sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Hal ini dapat menjadi nilai tambah karena dapat menjadi solusi agar pengolahan biji kelengkeng tidak menimbulkan limbah. Dengan demikian, inovasi bioinsektisida dan kompos biji kelengkeng bisa menjadi salah satu solusi yang tepat untuk waste manajement yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pembahasan

Baca juga : Universitas Trisakti Komitmen Lahirkan Entrepreneur Muda

Bioinsektisida atau insektisida nabati adalah insektisida yang berbahan baku tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman (Ambarningrum, 2012). 

Pembuatan bioinsektisida diawali dengan metode ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak saling bercampur (Rahayu, 2008).  Ekstraksi dilakukan terhadap biji kelengkeng yang sudah dipecah kulit luarnya. Pelarut yang digunakan sebagai ekstraktor berupa etanol. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan perbandingan 4:5 antara jumlah biji kelengkeng dan etanol 70%.

Ekstrak biji kelengkeng selanjutnya didestilasi untuk menghilangkan kadar alkohol didalamnya, sedangkan residu digunakan untuk pembuatan kompos. Destilasi adalah salah satu metode tertua untuk memisahkan cairan atau zat cair (Halvorsen, 2000). Proses ini didasarkan atas perbedaan titik didih, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Dalam destilasi ini zat yang mudah menguap adalah alkohol dengan titik didih 78,29ºC (Haynes, W.M., ed (2010-2011)). Cairan yang tertinggal di labu destilasi adalah ekstrak biji kelengkeng yang bebas etanol yang siap digunakan sebagai bioinsektisida.

Setelah ekstrak biji kelengkeng didapatkan, maka akan dilakukan uji coba skala laboratorium dan skala lapangan untuk menguji efektifitas bioinsektisida biji kelengkeng dalam membunuh hama serangga. Uji coba dilakukan dengan menggunakan insektisida pembanding untuk membandingkan efektivitas bioinsektisida yang dihasilkan. Hewan uji coba berupa jangkrik, ulat dan belalang diharapkan mewakili beberapa serangga atau hama yang ada di area pertanian. Uji coba dilakukan di laboratorium dengan kondisi yang sudah diatur agar hewan uji coba menerima semprotan bioinsektisda secara langsung pada mortir stemper. Sedangkan uji coba di lapangan dilakukan di area persawahan untuk menguji ketika di kondisi sebenarnya.

Setelah uju coba dilakukan, didapatkan bahwa perbedaan waktu antara bioinsektisida dengan insektisida pembanding tidak berbeda jauh artinya memberikan efektivitas yang hampir sama. Adapun uji coba lapangan lebih lama karena pengkondisian yang lebih sulit ketika hewan uji di lapangan. Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bioinsektisida efektif mengatasi serangga uji coba.

Baca juga : Unas Terima Program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi MBKM

Keefektivitasan bioinsektisida dikarenakan kandungan zat aktif yang ada dalam ekstrak biji kelengkeng. Menurut Fauziah (2015) uji fitokimia ektstrak biji kelengkeng menunjukkan uji positif mengandung flavonoid, polifenol, tannin, saponin dan minyak atsiri. Kandungan senyawa-senyawa toksik yang ada di ekstrak biji kelengkeng sangat efektif sebagai bioinsektisida. Nilai lebih bioinsektisida ini adalah produk yang bersifat aman bagi lingkungan karena dapat terurai oleh alam mengingat bahan dasarnya dari limbah organik. 

Kompos

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan sampah dan bahan  organik lainnya. Bahan yang biasa digunakan adalah daun, sampah dapur dan lain-lain (Rahmi, 2010). Proses pembuatan kompos dilakukan dengan cara fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis (Novitasari, 2013).

Kompos dibuat dari residu hasil ekstraksi biji kelengkeng. Kompos ini dibuat dengan metode fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan biodekomposer sebagai akivator untuk mempercepat proses penguraian. Kompos dibuat menggunakan perbandingan 1:100 antara jumlah residu dan jumlah biodekomposer. 100 gram residu ekstraksi memerlukan 1 mL biodekomposer. Proses dilakukan selama 7 hari sampai dengan didapatkan kompos yang tekstur dan kenampakannya sesuai dengan kompos pembanding.

Proses dilakukan dalam wadah tertutup koran agar kondisi proses bersifat aerofil. Hal ini dimaksud agar biodekomposer yang berisi mikroorganisme lokal dapat tumbuh optimal, baik yang bersifat aerob maupun anaerob. Kertas Koran memberikan pori yang kecil sehingga memungkinkan oksigen dapat masuk ke dalam wadah selama proses pembuatan kompos. Dalam hal ini, kelebihan kompos dari biji kelengkeng karena bahan dasarnya berupa limbah dari proses lain sehingga benar-benar menjadi solusi agar dalam proses pengolahan suatu produk tidak menjadikan limbah baru. 

Kesimpulan

Baca juga : LPPM Unas-KPPS BMT BUMi Latih Manajemen Produksi Warga Cimanggis Depok

Produk inovasi dari pengolahan limbah biji kelengkeng berupa bioinsektisida dan kompos. Pembuatan produk bioinsektisida melalui tahapan ekstraksi dan destilasi. Sedangkan kompos yang didapatkan dari residu ekstrak biji kelengkeng dibuat melalui proses dekomposisi menggunakan biodekomposer berupa mikroorganisme lokal. Efektivitas bioinsektisida dan kompos yang dihasilkan memberikan hasil yang efektif dengan perbedaan yang tidak begitu jauh dibandingkan bioinsektisida dan kompos pembanding.

Keefektivitasan produk yang dihasilkan diharapkan mendorong masyarakat untuk membudidayakan tanaman kelengkeng dalam skala perkebunan yang lebih luas bukan sekadar tanaman pagar pekarangan rumah. Selain itu, nilai tambah yang diberikan oleh inovasi bioinsektisida dan kompos biji kelengkeng berupa produknya yang ramah lingkungan, tanpa menghasilkan limbah, dan bersifat bekelanjutan juga diharapkan dapat menjadi solusi waste management yang inovatif untuk mengatasi masalah emisi gas rumah kaca akibat carbon market yang terjadi di Indonesia.

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.