Dark/Light Mode

Rektor Universitas Prasetiya Mulya Ajak Generasi Muda Perhatikan Bahasa Capres-Cawapres

Jumat, 10 November 2023 23:22 WIB
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Djisman S Simandjuntak (Foto: Istimewa)
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Djisman S Simandjuntak (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom dan Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman S Simandjuntak menyatakan, kepribadian Capres-Cawapres maupun Caleg dapat terungkap dari bahasa-bahasa yang mereka sampaikan dalam kampanye. Menurut Djisman, bahasa itu merupakan pembeda utama antara manusia dengan hewan.

“Kita bisa menggunakan bahasa untuk menyembunyikan niat, mengungkapkan rasa murka, tapi juga mengungkapkan belas kasih, kekaguman, berandai-andai dan lain-lain. Bahasa adalah sesuatu yang sangat melible (mudah meleleh), bisa diputar-putar untuk mengungkapkan sesuatu yang penting maupun tidak penting,” ucapnya, dalam Diskusi Publik: Bahasa dan Kampanye Pemilu, yang diselenggarakan Universitas Prasetiya Mulya dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), di Cilandak, Kamis (9/11).

Baca juga : Alam Ganjar Dan Ketum TPN Ajak Generasi Muda Ikuti Ajang Extravaganjar Talent

Bahasa yang dipakai seseorang juga memberi sinyal tentang kepribadian orang itu. Dia mengaku suka membaca puisi. Saat saya membaca puisi Schiller, dia membandingkan dengan bahasa Adolf Hitler. Mereka sama-sama dari Jerman, punya bahasa yang sama, bangsa yang sama. Tetapi ungkapan bahasa mereka berbeda.

“Schiller menganggap kita semua bersaudara. Sebaliknya, Hitler menganggap orang Yahudi harus dimusnahkan,” ungkap Djisman, di depan sejumlah pemerhati bahasa yang hadir, antara lain Sastrawan dan Rektor IKJ 2016-2020 Seno Gumira Ajidarma, Dosen Desain Komunikasi Visual IKJ Iwan Gunawan, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Indonesia Prof Zeffry Alkatiri, dan Guru Besar Ilmu Marketing Prof Agus W Soehadi.

Baca juga : Pertamina Ajak Generasi Muda Ikut Gerakan Konservasi Energi

Djisman berpendapat, umumnya masyarakat sering terpengaruh dari bahasa yang dipakai seseorang. Seperti ketika zaman kolonial, kalau Presiden Soekarno akan berpidato, banyak orang berbondong-bondong berkumpul, termasuk yang tidak dapat langsung mendengar bergegas mendekati radio dan dengan seksama mendengarkan. Dari pidato itu banyak orang bersemangat, bergairah memperjuangkan kemerdekaan.

Maka, Dsjiman mengajak agar para pendengar dalam kampanye memerhatikan gaya bahasa yang dipergunakan para Capres-Cawapres maupun para Caleg agar menemukan sesuatu yang berharga dari perbedaan-perbedaan mereka. “Demi bisa mendapatkan pertimbangan yang baik saat kita akan memilih mereka dalam Pemilu nanti,” ucapnya.

Baca juga : Aktivis 98 Wignyo Prasetyo: Ada Pihak yang Mau Sabotase Pencawapresan Gibran

Sebuah contoh diungkapkannya. “Calon anu, saya masukkan dalam (konteks) Hak Asasi Manusia, hasilnya lain sekali. Calon anu lain saya masukkan dalam sains dan teknologi, hasilnya juga lain sekali. Calon lain lagi saya masukkan dalam politik luar negeri. Semua punya bahasa dan ungkapan yang berbeda-beda. Dari sini paling tidak kita mencoba memahami bagaimana arah perjalanan seseorang dari ungkapan bahasa yang mereka pakai,” imbuhnya.

Dia melanjutkan, dari internet, masyarakat sudah terlalu banyak menerima dan membaca bahasa-bahasa buruk; misinformasi, hoaks, berita bohong, ujaran kebencian. “Dengan diskusi ini semoga kita semakin kritis dan pandai-pandai menyaring, bagaimana seharusnya bahasa ini kita pergunakan dan kita mengerti hakikatnya secara sungguh dalam sebuah kampanye,” tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.