Dark/Light Mode

Dunia Hadapi Krisis Ganda

IMF: Negara Miskin Babak-belur, Inflasi Jadi Bahaya Nyata

Sabtu, 16 April 2022 16:25 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva (Foto: YouTube)
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengingatkan negara-negara, bahwa saat ini dunia menghadapi krisis ganda.

"Kita menghadapi krisis di atas krisis," ujar Georgieva dalam 2022 Springs Meetings yang disiarkan melalui kanal YouTube, Kamis (14/4). 

Krisis yang pertama adalah pandemi Covid. Georgieva menyebut, pandemi Covid tak hanya meluluhlantakkan kehidupan. Tetapi juga membikin perekonomian babak-belur.

"Pandemi belum berakhir. Penyebaran virus yang terus berlanjut, berpotensi menimbulkan varian yang lebih menular. Bahkan lebih mematikan. Pandemi juga membuat gap antara negara kaya dan miskin semakin lebar," paparnya.

Baca juga : Vaksinasi Nggak Bikin Batal Puasa, Ini Alasannya

Krisis kedua adalah perang. Invasi Rusia ke Ukraina, tak hanya menghancurkan ekonomi negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky. Tetapi juga mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia.

"Di atas segalanya adalah tragedi kemanusiaan. Menimbulkan penderitaan luar biasa di Ukraina. Lebih dari 11 juta orang terlantar. Hati kita tertuju pada mereka," tutur Georgieva.

Konsekuensi ekonomi akibat perang, menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Kelompok paling rentan di dunia terpukul.

Ratusan juta keluarga sudah berjuang dengan pendapatan yang lebih rendah. Beradu dengan harga energi dan pangan yang lebih tinggi.

Baca juga : Di Hadapan ASN, Khofifah: Pemimpin Harus Melayani Rakyatnya

Perang telah membuat situasi ini jauh lebih buruk, dan memperlebar ketidaksetaraan.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, inflasi menjadi bahaya yang sangat nyata bagi banyak negara di dunia.

"Secara ekonomi, pertumbuhan turun dan inflasi naik. Dalam istilah manusia, pendapatan orang turun dan kesulitan naik," beber Georgieva.

Kemampuan negara-negara dalam menghadapi krisis ganda ini, semakin diperumit oleh risiko lain yang semakin meningkat. Seperti fragmentasi ekonomi dunia yang menjadi blok-blok geopolitik. Dengan standar perdagangan dan teknologi yang berbeda, sistem pembayaran, dan mata uang cadangan.

Baca juga : Mensos Paparkan Prosedur Pengajuan Sabam Sirait Jadi Pahlawan Nasional

Pergeseran tektonik seperti itu, jelas akan menimbulkan biaya penyesuaian yang menyakitkan. Rantai pasokan, R&D, dan jaringan produksi yang babak-belur perlu dibangun kembali.

"Negara-negara miskin dan orang-orang miskin akan menanggung beban terberat dari dislokasi ini," tegas Georgieva.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.