Dark/Light Mode

Jonan Sentil Pengusaha Batubara

Minim Nilai Tambah, Cuma Gali Lalu Jual

Rabu, 19 Desember 2018 13:51 WIB
(Dari kanan) Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi Mineral, Batubara dan Listrik Boy Garibaldi Thohir, Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Direktur Pemasaran dan Ketahanan Energi International Energy Agency (IEA) Keisuke Sadamori dalam pembukaan Forum IEA Coal Forecast to 2023 di Jakarta, Selasa (18/12). Acara tersebut membahas tentang proyeksi produktivitas dan pasar global batubara. (Foto: Mohamad Qori/Rakyat Merdeka)
(Dari kanan) Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi Mineral, Batubara dan Listrik Boy Garibaldi Thohir, Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Direktur Pemasaran dan Ketahanan Energi International Energy Agency (IEA) Keisuke Sadamori dalam pembukaan Forum IEA Coal Forecast to 2023 di Jakarta, Selasa (18/12). Acara tersebut membahas tentang proyeksi produktivitas dan pasar global batubara. (Foto: Mohamad Qori/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyentil kiprah pelaku industri batubara. Menurutnya, model bisnis batubara di Tanah Air minim nilai tambah. Hampir semua perusahaan batubara hanya berfokus pada gali dan jual. 

“Saya nggak tahu, dulu waktu mulai usaha itu (cuma) gali dan jual. Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) ini gunanya apa? Orang nggak sekolah tambang aja bisa gali tambang. Yang penting sekali, harus ada nilai tambahnya,” sindir Jonan dalam pembukaan Forum International Energy Agency (IEA) Coal Forecast to 2023 di Jakarta, kemarin. 

Baca juga : China Batasi Impor, Pengusaha Batubara Kelimpungan

Jonan menjelaskan, penciptaan nilai tambah ini penting untuk menciptakan daya saing. Karena, persaingan industri sudah berubah. Pada 10 tahun lalu, perusahaan yang memiliki aset besar adalah perusahaan energi seperti ExxonMobil dan PetroChina. Saat ini perusahaan besar sudah dikuasai perusahaan teknologi. 

“Pada 2018, sepuluh perusahaan terbesar adalah Apple, Google, Microsoft, Amazon, Facebook, Tencent, Berkshire, Alibaba, J&J, dan JP Morgan,” ungkapnya.  Jonan menyebut China sebagai salah satu contoh negara yang berhasil meningkatkan nilai tambah batubara. Di negara Tirai Bambu itu, batubara diubah menjadi bahan bakar pesawat (jet fuel ). 

Baca juga : Bank Mantap Pede, Bisnisnya Moncer

Menurutnya, Indonesia, juga seharusnya bisa menciptakan nilai tambah karena batubara dapat menjadi sumber energi lain¬nya. Salah satunya adalah mengubah batubara menjadi dimethyl ether (DME). 

“DME ini bisa menggantikan elpiji, sehingga bisa mengurangi impor. DME bikinnya sederhana, dimulai dari yang sederhana aja dulu,” imbuhnya.  Jonan mengungkapkan, konsumsi elpiji saat ini sebesar 6,8 juta metrik ton. Dari jumlah itu, 70 persennya masih berasal dari impor.  Selain menyentil, Jonan menyampaikan apresiasinya kepada para pengusaha batubara. Menurutnya, sektor ini telah berkontribusi ke penerimaan negara hingga Rp 40 triliun. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.