Dark/Light Mode

IHRS 2022

Bos SKK Migas: Potensi Hulu Migas Indonesia Masih Cukup Besar

Selasa, 28 Juni 2022 17:27 WIB
Indonesia Human Resources Summit (IHRS) 2022 di Bali. (Foto: Ist)
Indonesia Human Resources Summit (IHRS) 2022 di Bali. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto menyebut, saat ini industri hulu migas menghadapi tiga tantangan global. Yakni, komitmen terhadap net zero emission, trend peningkatan permintaan dan harga komoditas migas akibat pulihnya ekonomi dunia serta krisis Rusia-Ukraina. 

Tantangan tersebut mempengaruhi bagaimana pelaku bisnis industri hulu migas merumuskan strategi. “Kita harus dapat mendukung terjadinya smooth transition di dalam menuju net zero emission yang telah menjadi komitmen pemerintah, dengan menyediakan kebutuhan energi yang terjangkau dan berkecukupan di masa transisi ini,” kata Dwi dalam paparannya dalam forum Indonesia Human Resources Summit (IHRS) 2022 di Bali, Selasa (28/6).

Dibeberkan dia, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), prosentase kontribusi minyak dan gas terhadap jumlah energi yang dibutuhkan memang akan menurun dari 63 persen di tahun 2020 menjadi 44 persen di tahun 2050. 

Baca juga : Kejagung Usut Korupsi Garuda Indonesia, KPK Kasih Apresiasi

“Namun secara volume kebutuhan minyak dan gas ini justru akan meningkat. Di mana konsumsi minyak di tahun 2050 diperkirakan akan meningkat sebesar 139 persen dari saat ini yang sebesar 1,66 juta BOPD (Barrel of Oil Per Day atau barel minyak per hari) menjadi 3,97 juta BOPD,” jelasnya. 

Sedangkan untuk konsumsi gas diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi. Saat ini konsumsi gas saat sekitar 6,000 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari) diperkirakan meningkat menjadi 26,112 MMSCFD di tahun 2050 atau meningkat 298 persen. 

“Dengan memperhatikan pertumbuhan konsumsi tersebut dan dalam upaya memastikan kecukupan energi maka sesungguhnya potensi hulu migas Indonesia masih cukup besar,” katanya. 

Baca juga : Alhamdulillah, Indonesia Masih Bebas Cacar Monyet

Dibeberkan Dwi, Indonesia memiliki 128 cekungan migas, dengan yang sudah berproduksi baru sebanyak 20 cekungan, 27 cekungan sudah ada temuan namun belum berproduksi, dan masih terdapat 68 cekungan yang belum dibuktikan keberadaan hidrokarbonnya.

Namun, kata dia, perlu disadari, industri migas adalah industri yang cukup menantang dengan adanya kebutuhan akan teknologi yang tinggi, resiko tinggi dan investasi yang besar dengan adanya persaingan antar negara untuk mendapatkan investasi tersebut. Terlebih, tantangan untuk mendapatkan migas juga semakin besar. 

Era easy oil sudah lewat. Saat ini cadangan migas harus kita cari pada lokasi-lokasi yang sulit. Dengan memperhatikan tantangan dan dinamisnya perubahan yang terjadi pada industri ini maka kemampuan SDM di sini tentunya menjadi persyaratan mutlak, tidak hanya dalam kemahiran teknologi namun juga kemampuan inovasi dan berpikir out of the box untuk melakukan kegiatan secara massif, agresif dan efisien,” tegasnya. 

Baca juga : Praktisi Hukum Nilai Penanganan Kasus Kripto Di Indonesia Masih Lemah

Untuk itu, menurut Dwi, tema yang diusung IHRS 2022 yaitu Post Recovery Leap: Championing Resilient Workforce to Accelerate Digital Transformation and Business Sustainability sangat tepat. Tema ini juga selaras dengan Group of 20 (G20) yang mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger".

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.