Dark/Light Mode

Maksimalkan Peluang, Argon Group Ekspansi Ke ASEAN

Senin, 4 Juli 2022 10:16 WIB
Presiden Direktur Argon Group Krestijanto Pandji. (Foto: Istimewa)
Presiden Direktur Argon Group Krestijanto Pandji. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 terbukti meningkatkan industri farmasi. Hal ini yang kemudian ditangkap Argon Group dengan memaksimalkan pasar di ASEAN.

Dua tahun lebih. Pandemi memberikan perubahan perilaku masyarakat akan gaya hidup yang lebih sehat. Perubahan itu misalnya tampak dari peningkatan permintaan atas produk-produk suplemen, produk herbal, dan produk healthcare.

Perubahan perilaku yang menempatkan kesehatan sebagai prioritas ini akan menjadi landasan pertumbuhan industri kesehatan yang lebih kokoh.

Baca juga : Persib Juara Grup, Ini Kata Robert Alberts

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama kuartal I/2022, total output sub-sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mencapai Rp 59,88 triliun. Angka ini meningkat 6,47 persen ketimbang periode yang sama tahun 2021.

Jika dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya, yang masing-masing naik 9,71 persen dan 8,28 persen; pertumbuhan sub-sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional memang cenderung melambat.

Berkaca dari hal tersebut, Argon Group memperkuat pilar ke-3 program transformasi sistem kesehatan, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan, terutama sektor farmasi dan alat kesehatan.

Baca juga : Kamu Pelanggan Listrik Yang Dapat Subsidi? Cek Di Sini

"Kami diperkuat oleh lebih dari 800 tenaga penjual dan 2.388 tenaga profesional. Mereka mengelola 6 ribu SKU untuk melayani 70.100 pelanggan, yang terdiri dari rumah sakit, klinik dan outlet farmasi," kata Presiden Direktur Argon Group Krestijanto Pandji, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (4/7).

Argon Group dikenal sebagai grup usaha yang mengedepankan teknologi digital yang terintegrasi dan pengambilan keputusan berdasarkan data, termasuk di antaranya keputusan untuk memasuki pasar regional di Kamboja.

"Argon Group memetik peluang pertumbuhan industri kesehatan di Asia dengan melakukan ekspansi ke Kamboja, sebagai bagian dari ekspansi kami ke pasar regional," kata Krestijanto.

Baca juga : Aparkost TYD Bantu Kediaman Keluarga Korban Insiden Alam

Langkah tersebut diharapkan dapat menumbuhkan industri farmasi dan alat kesehatan didalam negeri. Sekaligus menurunkan impor produk farmasi dan alat kesehatan. Menurut data UN Comtrade dan BPS, defisit produk farmasi Indonesia selama lima tahun terakhir terus meningkat, dan terakhir mencapai 3,8 miliar dolar AS pada 2021. Pada periode yang sama, nilai impor alat kesehatan tercatat 10,1 miliar dolar AS.

Data Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan mencatat, industri alat kesehatan melonjak 3,6 kali lipat menjadi 698 unit, dalam lima tahun terakhir. Selain itu, jumlah rumah sakit juga terus berkembang pesat.

Selama sepuluh tahun terakhir, data BPS menunjukkan, jumlah rumah sakit melonjak hampir dua kali lipat, dari 1.721 unit menjadi 3.112 unit. Dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin memprioritaskan kesehatan dan kebijakan pemerintah yang mengutamakan produk dalam negeri, masa depan industri farmasi dan alat kesehatan akan sangat menjanjikan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.