Dark/Light Mode

Cuti Lebaran Pengaruhi Penurunan Jumlah Ekspor

Selasa, 16 Juli 2019 09:42 WIB
Kepala BPS Suhariyanto
Kepala BPS Suhariyanto

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang pada semester I tahun ini masih dibebani oleh defisit migas yang mencapai 4,7 miliar dolar AS, meski jumlahnya menyusut dibanding sebelumnya. 

“Kalau dilihat tren defisit migas mengecil pada Januari-Juni 2018 sebesar 5,6 miliar dolar AS, sekarang 4,7 miliar, dolar AS,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, kemarin. 

Sedangkan untuk ekspor Indonesia Januari-Juni 2019 mencapai 80,32 miliar dolar AS atau menurun 8,57 persen secara tahunan. Sementara ekspor nonmigas mencapai 74,21 miliar dolar AS yang juga menurun 6,54 persen. 

Baca juga : Jokowi Bebaskan Parpol Koalisi Minta Jatah Menteri

Dia menjelaskan, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan sepanjang semester I turun 4,59 persen dibanding sebelumnya, demikian juga ekspor hasil pertanian mengalami penurunan 1,03 persen, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 15,44 persen. 

Menurutnya, performa ekspor turun dipengaruhi cuti bersama yang cukup panjang selama 9 hari pada Lebaran lalu. Hal itu terpotret dari dokumen-dokumen ekspor yang keluar tak sebanyak pada sebelumnya. 

Menurut catatan BPS, Ekspor Indonesia terbesar pada semester I berasal dari Jawa Barat 14,50 miliar dolar AS (18,05 persen), diikuti Jawa Timur 9,24 miliar dolar AS (11,50 persen) dan Kalimantan Timur 8,35 miliar dolar AS (10,40 persen). Sementara nilai impor secara kumulatif selama semester I mencapai 82,25 miliar dolar AS, turun 7,63 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Baca juga : Gara-gara Kentut, Buronan Tertangkap

Secara rinci, impor migas menyumbang sebesar 10,89 miliar dolar AS dan impor non migas sebesar 71,36 miliar dolar AS terhadap total impor. Berdasarkan asal negaranya, pemasok barang impor nonmigas terbesar selama semester I masih ditempati China dengan nilai 20,63 miliar dolar AS (28,91 persen), Jepang 7,66 miliar dolar AS (10,73 persen), dan Thailand 4,62 miliar dolar AS (6,48 persen). Adapun impor dari keseluruhan ASEAN, impor nonmigas menyumbang 19,44 persen, sementara dari Uni Eropa 8,20 persen. 

Sementara berdasarkan golongan penggunaan barang, baik impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal seluruhnya mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 9,31 persen, 7,73 persen, dan 6,15 persen. 

Sementara Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah terus memantau kinerja neraca perdagangan. 

Baca juga : UNHCR Akui Keteteran Urus 14 Ribu Pengungsi Di Tanah Air

Menurutnya, pemerintah akan terus melihat secara keseluruhan apakah surplus yang terjadi pada bulan tersebut sifatnya musiman atau hanya tren belaka. Namun, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menekankan, yang paling penting saat ini adalah menindaklanjuti perintah Presiden Jokowi terkait keseriusan para menteri untuk menangani masalah neraca perdagangan. 

“Artinya ekspor harus terus digenjot dan seluruh policy kita di kementerian lembaga, kebijakankebijakan di semua kementerian lembaga,” tegasnya. 

Adapun kebijakan yang mencakup kewenangan Kemenkeu yakni terkait dengan perpajakan, pajak, bea cukai dan peraturan peraturan lain yang mungkin mempengaruhi kinerja ekspor. “Kami juga akan terus menerus bekerja sama dengan instansi lain dalam mendukung ekspor dan menciptakan industri dalam negeri yang lebih kuat,” jelasnya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :