Dark/Light Mode

Salah Satu Usulan Rektor UI

BBM Subsidi Untuk Motor Dan Angkot

Minggu, 28 Agustus 2022 07:43 WIB
Webinar Moya Institute bertajuk Kenaikan BBM Apakah Suatu Keharusan?, di Jakarta, Sabtu (27/8). (Foto: Zoom)
Webinar Moya Institute bertajuk Kenaikan BBM Apakah Suatu Keharusan?, di Jakarta, Sabtu (27/8). (Foto: Zoom)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof Ari Kuncoro memberikan masukan pada pemerintah yang sedang menggodok rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Salah satunya, Prof Ari mengusulkan adanya pembatasan penggunaan BBM subsidi. BBM subsidi hanya boleh dipakai oleh angkutan umum atau angkot, dan motor saja.

Sudah 2 pekan ini, wacana menaikkan harga BBM bersubsidi terus bergulir. Sejumlah menteri bahkan sudah terang-terangan kasih sinyal, harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar akan naik. Namun, kapan pastinya harga BBM akan dinaikkan, pemerintah masih gamang.

Maklum, urusan BBM berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Menaikkan harganya, efek yang ditimbulkan bisa ke mana-mana. Yang paling terkena imbas, tentunya harga-harga kebutuhan pokok yang ikut terkerek gara-gara BBM naik. Ini membuat konsumsi masyarakat terganggu. Akibatnya, inflasi akan melesat hingga di atas 7 persen.

Sementara kalau tidak dinaikkan, kantong APBN bisa jebol. Duit yang dikeluarkan negara untuk BBM bersubsidi sudah sampai Rp 502 triliun. Itu pun hanya sampai bulan Oktober. Untuk subsidi 2 bulan lagi hingga akhir tahun 2022, pemerintah harus kembali merogoh kocek negara hingga Rp 190 triliun lebih. Kondisi ini membuat pemerintah hati-hati. Para menteri terkait berkali-kali menggelar rapat untuk mematangkan rencana kenaikan BBM bersubsidi, tanpa membebani masyarakat.

Kemarin, lewat diskusi yang digelar Moya Institute, sejumlah tokoh yang berasal dari DPR, pakar energi hingga akademisi ngomongin soal kenaikan BBM bersubsidi. Tema yang diangkat, yakni "Kenaikan BBM Apakah Suatu Keharusan?"

Prof Ari Kuncoro jadi salah satu pembicara diskusi tersebut. Dalam paparannya, Kuncoro memaklumi kalau pemerintah saat ini dalam kondisi bimbang. Menurutnya,

Baca juga : Modus Baru! Rektor Unila Minta Deposito Dan Emas

rencana menaikkan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah, tak lain  karena APBN mulai terganggu. Namun, jika subsidi energi dihentikan, bukan hanya perekonomian yang terganggu, tetapi juga membebani sektor UMKM.

“Perlu kehati-hatian dalam membuat keputusan. Tidak seperti kebijakan lain yang perlu kecepatan. Urusan BBM harus melihat pola perkembangan dinamika global,” papar Ari.

Ari juga  menawarkan konsep The Golden Mid-Way guna menyiasati krisis energi yang memunculkan potensi kenaikan harga BBM bersubsidi. Konsep itu, terdiri dari menaikkan harga BBM bersubsidi berkisar 30-40 persen, sehingga tetap memacu turisme, di mana UMKM adalah pemain utamanya.

"Atau bisa juga dengan melakukan penyekatan distribusi, sehingga subsidi BBM benar-benar menyasar segmen masyarakat yang tepat dan berhak," ujar Ari.

Selain melakukan penyekatan, pemerintah bisa saja berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membuat fatwa. Isinya, orang yang dinilai mampu, haram menggunakan BBM bersubsidi.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga perlu menyiapkan aturan teknis. Misalnya, dalam situasi yang sangat mendesak, bisa saja pompa bensin eksklusif untuk motor, tidak boleh masuk mobil. “Pelat kuning (angkot) boleh masuk. Toh Pertamaxnya juga masih disubsidi. Jadi, istilahnya itu mensyukuri nikmat juga ya. Makanya fatwa ulama itu penting," terang Ari.

Baca juga : Sidak SPBU, Erick Pastikan Ketersediaan BBM Bersubsidi Di Tangerang

Pembicara lainnya, pemerhati isu-isu strategis Prof Imron Cotan mengaku setuju dengan usulan Ari Kuncoro. Kata dia, konsep The Golden Mid-Way yang dikemukakan Rektor UI sangat masuk akal.

Imron mengatakan, saat ini harga minyak dunia yang naik secara drastis pasca-konflik Rusia-Ukraina, memang membuat harga BBM bersubsidi perlu ditinjau kembali. Sehingga konsep yang dikemukakan Ari dengan menaikkan harga BBM bersubsidi berkisar 30-40 persen, untuk menyokong turisme dan UMKM merupakan hal tepat.

“Semoga pemerintah mendengarkan hal ini," kata Imron.

Namun, ketika Pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM, rakyat kecil perlu mendapat kompensasi, seperti BLT atau bansos. "Jadi yang menerima benar-benar yang berhak. Juga ada penyekatan BBM dan gas bersubsidi. Karena November Rp 502 akan habis. Kalau mau lanjut disubsidi ya bisa sampai Rp 700 triliunan," ulas Imron.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengatakan, banyak pihak yang menilai subsidi BBM ini 'bocor' atau tidak tepat sasaran. Sejatinya, lanjut Hery, persoalan BBM ini muncul saat ini merupakan dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

"Maka, dibutuhkan pencerahan-pencerahan agar kita arif dalam menyikapi krisis energi ini, serta opsi yang akan diambil pemerintah, maka Moya Institute merasa berkepentingan mengangkat tema tersebut dalam Webinar kali ini," ujar Hery.

Baca juga : Salurkan BBM Subsidi Tepat Sasaran, Istana Peduli Nelayan

Pakar Energi Institut Teknologi Bandung, Yuli Setyo Indarto meminta Pemerintah fokus mengurangi ketergantungan energi fosil dengan membangun energi baru terbarukan. Hitungannya, sudah lebih dari 6 kali harga minyak dunia fluktuasinya luar biasa. Ke depan, tidak ada yang bisa memastikan harganya tidak naik.

"Jadi, kalau mau naik, nggak ramai terus kaya gini. Setiap sejarah kepresidenan selalu ada gonjang-ganjing masalah BBM. Tugas kita itu harus antisipasi dari sekarang," pesan Yuli.

Karena begitu harga minyak naik, LPG ikut naik, begitu juga dengan batubara, karena sesama sumber energi saling peralihan. Apalagi, bahan bakar fosil sangat berpengaruh, nanti ke harga listrik juga. "Sebagai sebuah bangsa, kita harus belajar agar lebih siap," pungkasnya.

Di tempat terpisah, Pengamat Ekonomi Kurtubi menilai, pemerintah jangan terburu-buru menaikkan harga BBM. Karena, subsidi BBM saat ini mampu menekan inflasi dalam negeri pada level yang rendah.

"Keburu panik pemerintah ini untuk segera menaikkan harga BBM bersubsidi, padahal dia sudah berjasa mengeluarkan kebijakan subsidi yang begitu besar untuk BBM ke masyarakat dan kita merasakan hasilnya, yaitu inflasi yang begitu rendah," ujar Kurtubi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.