Dark/Light Mode

Diingatkan Luhut

Ekonomi Masih Terkendali, Kita Nggak Boleh Jumawa

Selasa, 18 Oktober 2022 05:35 WIB
Men­ko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Instagram @luhut.pandjaitan).
Men­ko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Instagram @luhut.pandjaitan).

 Sebelumnya 
Rata-rata pendapatan nasional per kapita Indonesia saat ini men­capai 4.291 dolar AS atau sekitar Rp 66 juta per tahun. Luhut mengatakan, hal tersebut bagian dari visi Indonesia tahun 2045.

“Hari ini kami berada pada income per kapita di 4.200 dolar AS. Tapi target 2030 kita mung­kin bisa naik hingga 10 ribu dolar AS per kapita,” kata Luhut.

Eks Menko Polhukam ini mengakui, bukan hal mudah mencapai target tersebut. Teru­tama dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 hingga an­caman krisis ekonomi global yang semakin nyata, dan diper­parah dengan kondisi perang Ukraina-Rusia.

Baca juga : Kalau Ekonomi Kuat, Kita Tak Perlu Jadi Pasien IMF

Namun, dia yakin Indonesia mampu melewati badai tersebut. Luhut memperkirakan, inflasi Indonesia tahun ini dapat terkendali di kisaran 6 persen. Mes­ki Pemerintah sudah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Min­yak) subsidi.

Sebelumnya, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengatakan, pendapatan per kapita Indonesia sempat setara dengan Korea Selatan (Korsel) dan Malaysia. Di tahun 1970, ketiga negara tersebut berada pada angka 70 dolar AS per tahun.

Namun, kini perbedaannya sangat signifikan. Didin mencatat, Korsel pada akhir 1980 telah mela­ju dengan pesat menjadi negara kaya, dengan pendapatan per kap­ita 31.500 dolar AS. Sementara, Malaysia 11.500 dolar AS.

Baca juga : BLT BBM Diapresiasi Asosiasi Ojol

“Negara-negara tersebut konsis­ten sejak 1970 melakukan strategi industrialisasi. Sedangkan Indo­nesia hanya melakukan itu sejak awal 1980 hingga akhir 1990. Ke sininya kita hilang perspektif strategi industrialisasi,” katanya

Menurutnya, ada tiga faktor yang menyebabkan hal itu ter­jadi. Pertama, Pemerintah tidak punya strategi industrialisasi, khususnya pada era reformasi.

Kedua, terjadi deindustrialisasi. Ketiga, peran negara dalam meng­hasilkan pendapatan minim dan hanya bertindak sebagai regula­tor. Ini membuat swasta semakin kuat bahkan pendapatannya lebih besar dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.