Dark/Light Mode

Prediksi Ekonomi Melambat

Sri Mulyani Realistis

Kamis, 10 November 2022 07:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Instagram)
Menkeu Sri Mulyani. (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Meski tumbuh 5,72 persen pada kuartal III, ekonomi Indonesia masih belum aman. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada akhir tahun. Sri Mul bukan lagi nakutin, tapi realistis.

Menurut dia, sesuai siklusnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV bakal lebih rendah dari kuartal III. Dari semula 5,72 persen, diprediksi menjadi 5,02 persen. "Untuk pertumbuhan ekonomi di Kuartal IV diperkirakan akan sedikit mengalami moderasi," ujar Sri Mul, Rabu lalu.

Dia memprediksi, sepanjang 2022, perekonomian akan berada di rentang 5-5,3 persen. Keyakinan itu ditopang konsumsi rumah tangga dan konsumsi Pemerintah yang relatif tinggi, seiring pandemi yang lebih terkendali.

Selain itu, ada intervensi kebijakan, baik dari sisi supply maupun demand untuk mendukung daya beli masyarakat. Seperti, dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi, maupun pengendalian inflasi.

Dari sisi pengeluaran, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi sebesar 5,4 persen. Hal ini sejalan dengan beberapa indikator konsumsi masyarakat, termasuk rata-rata Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 5,5 persen pada kuartal III.

Meski begitu, konsumsi Pemerintah secara tahunan masih terkontraksi sebesar 2,9 persen. Untungnya, sektor ini masih dapat tumbuh 11,7 persen dibandingkan dengan kuartal II-2022.

Baca juga : BPIH Tahun Ini Tidak Rasional

Di tengah tren pelambatan ekonomi global, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih kuat. Ekspor terus mencatatkan pertumbuhan tinggi, begitu juga dengan impor yang tumbuh kuat dalam rangka mendukung kebutuhan pasokan untuk ekspansi produksi dalam negeri. Ekspor secara riil tumbuh 21,6 persen di kuartal III, sementara impor tumbuh 23,0 persen.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengakui, krisis di sejumlah negara bisa saja berimbas ke Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah memperkuat tiga sektor: ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan.

Sejauh ini, Indonesia masih bisa menghadapi dan mengelola masalah energi serta pangan dengan baik. Sehingga, harga BBM, dan harga bahan pangan tetap terjangkau, dan terjaga ketersediaannya.

Terkait isu keuangan global, Moeldoko bilang Rakyat Indonesia harus bersyukur pertumbuhan ekonomi kuartal III mencapai 5,72 persen, dan inflasi cuma sekitar 4,9 persen. Capaian itu jauh lebih baik dibandingkan sejumlah negara maju lain, seperti Inggris dan Turki.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat, didorong oleh tiga faktor utama: penguatan konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi. Presidensi G20 Indonesia juga turut mendorong penguatan ekonomi secara nasional.

Dody menyampaikan, akan ada risiko pelambatan perekonomian secara global yang perlu terus diwaspadai saat memasuki 2023. Namun, konsumsi domestik masih akan tetap solid, khususnya seiring dengan persiapan Pemilu 2024. 

Baca juga : Ekonomi RI Tahan Banting

Senada dengan Sri Mul, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat secara moderat di kuartal IV di level 5,3 persen. Adapun ekonomi secara keseluruhan tahun 2022 mencapai 5,1 persen.

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengatakan, proyeksi tersebut berdasarkan beberapa catatan. Pertama, laju pertumbuhan ekonomi masih dibayangi basis yang rendah di tahun sebelumnya. Contohnya di kuartal III, tak lepas karena rendahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang hanya 3,51 persen.

Low base effect tinggal tersisa sedikit di kuartal IV, sehingga tidak mudah mencapai pertumbuhan di atas kuartal III. Peningkatan inflasi serta suku bunga acuan BI juga akan berdampak pada kenaikan cicilan rumah, kendaraan dan pinjaman lainnya sehingga akan mengurangi disposable income rumah tangga.

Laju sektor konstruksi kembali melambat dengan hanya mampu tumbuh 0,63 persen di kuartal III, setelah pada kuartal sebelumnya tumbuh 1,02 persen. Padahal, pada kuartal III-2021 sektor ini mampu tumbuh 3,84 persen.

“Hal ini disebabkan laju belanja modal hingga Agustus 2022 yang terkontraksi hingga 14,85 persen. Di sisi lain, belanja bangunan oleh swasta juga mengalami pelambatan sebagai akibat permintaan konstruksi yang melambat,” katanya.

Kemudian, konsumsi Pemerintah mengalami pertumbuhan -2,88 persen pada kuartal III, dan merupakan satu-satunya komponen sisi pengeluaran yang terjadi kontraksi. Realisasi APBN untuk belanja barang dan jasa hingga September 2022 turun dibanding 2021.

Baca juga : Dari Bambang Subianto, Sri Mulyani Banyak Belajar Ambil Keputusan Sulit

"Konsumsi Pemerintah tidak menjadi gas pertumbuhan tapi malah menjadi rem. Hingga September 2022, realisasinya sangat rendah yakni 61,61 persen atau lebih rendah dari September 2021 yang sebesar 65,7 persen," ujar Tauhid.

Catatan lainnya, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga 5,39 persen pada kuartal III menjadi penopang utama yang membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal III tetap berada di jalur ekspansi, meskipun tidak ada momentum puasa dan lebaran seperti kuartal II.

Tauhid menilai, Pemerintah perlu menjaga konsumsi masyarakat di kuartal IV, baik masyarakat menengah bawah maupun menengah atas. Selain itu, pemberian bantuan dan perlindungan sosial yang tepat sasaran menjadi salah satu pendorong dalam mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.