Dark/Light Mode

Kantongi Komitmen Investasi Hingga Rp 125 Triliun

Alhamdulillah, Pemerintah Ketiban Berkah KTT G20

Jumat, 18 November 2022 06:30 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 membawa berkah bagi sektor investasi. Tak tanggung-tanggung, Indonesia berhasil mengantongi 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 125 triliun (kurs Rp 15.600).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia mengatakan, angka tersebut diprediksi bakal terus mening­kat. Karena, masih ada sejumlah kesepakatan yang secara resmi belum diteken.

“Yang sudah diteken kurang lebih sekitar 7 sampai 8 miliar dolar AS. Masih ada sekitar kurang lebih 10 miliar dolar AS yang belum bisa diteken tapi sudah ada kesepahaman,” kata Bahlil dalam keterangan pers melalui video yang diterima Rakyat Merdeka, kemarin.

Mantan Ketua Umum Himpu­nan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu menjelaskan, komitmen investasi yang diterima Indonesia berasal dari Korea Selatan, China, dan beberapa negara Eropa.

Baca juga : Iriana Jokowi Terpeleset Di Tangga Pesawat, Alhamdulillah Kondisinya Baik

“Detailnya nanti, saat kita tanda tangan HoA (Head of Agreement),” imbuh Bahlil.

Bahlil mengaku, selama rang­kaian KTT G20 di Bali, dirinya telah melakukan pertemuan bi­lateral dengan sejumlah negara, serta sejumlah perusahaan di berbagai sektor. “Saya bisa ber­temu dengan 9-10 investor per harinya,” ucapnya.

Selain itu, Bahlil juga memba­has rencana pembentukan organ­isasi khusus bagi negara-negara penghasil nikel, seperti Organiza­tion of the Petroleum Exporting CountriesCountries/OPEC, yang merupakan organisasi negara-negara eksportir minyak.

Bahlil juga telah melakukan pertemuan dengan Kanada dan Australia terkait inisiatif tersebut.

Baca juga : Bahlil: Insya Allah, Investasi Tembus Rp 1.200 Triliun Di Akhir Tahun Ini

Menurutnya, kolaborasi dengan sesama negara penghasil ni­kel maupun mineral lain sangat diperlukan. Ini dilakukan untuk mendukung industri kendaraan listrik di masa depan.

“Dari kami formulasinya su­dah ada, tapi harus ditawarkan untuk negara lain. Mereka ada koreksi atau tidak. Dan seka­rang, tawaran konsep itu sudah kami berikan ke mereka. Kami menunggu feedback,” katanya.

Bahlil menyebut, inisiatif untuk mendirikan organisasi tersebut merupakan mimpi besar Indonesia agar negara-negara penghasil bahan baku mineral bisa berkolaborasi. Dan menjadi pemegang kendali perdagangan mineral dunia.

Hal itu juga dilakukan lan­taran negara-negara Eropa, yang merupakan pusat pabrikan oto­motif, mengharuskan agar pem­bangunan pabrik baterai mobil dibangun dekat dengan pabrik mobil listrik.

Baca juga : Penyitaan Aset Rp 40 Triliun Terhambat Izin Pengadilan

Nah, kalau ini terus terjadi maka negara-negara penghasil bahan baku tidak akan mendapatkan nilai tambah.

“Maka ide ini ditawarkan oleh Indonesia, dan saya komu­nikasikan dengan Kanada dan Australia. Kami sudah hampir mencapai satu kesepahaman,” pungkas Bahlil. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.