Dark/Light Mode

WIKA Dapat Tawaran Proyek Kereta Api 850 Km di Afrika

Rabu, 28 Agustus 2019 14:37 WIB
Direktur Utama WIKA, Tumiyana (Foto: Humas WIKA)
Direktur Utama WIKA, Tumiyana (Foto: Humas WIKA)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam pertemuan bilateral di acara Indonesia-Afrika Infrastructure Dialogue (IAID) 2019, yang turut dihadiri Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan di Bali pada Rabu (21/8), Perdana Menteri II Uganda Kirunda Muwabe menyatakan ketertarikannya untuk bekerja sama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, untuk pekerjaan railway di negaranya. Estimasi panjang jalur kereta api tersebut mencapai 350 km.

Penawaran atas ketertarikan serupa, juga datang dari Angola, yang berencana membangun jalur atau lintasan kereta api sepanjang 400 km. Selain itu, juga ada Zimbabwe dengan lintasan kereta api sepanjang 98 km, dan Somalia untuk pembangunan social housing alias rumah susun, sebagaimana tengah dikerjakan oleh WIKA di Aljazair.

Berbagai tawaran tersebut disambut baik oleh WIKA . Sebab, pasar luar negeri adalah potensi yang harus diimplementasi. Masuknya WIKA di pasar infrastruktur Afrika, sesuai dengan strategi bisnis WIKA yang menyasar negara-negara berkembang, yang sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur.

Baca juga : Indonesia Gelar Pelatihan Perikanan Bagi Afrika

“WIKA dengan segera akan menjajaki dan mengkaji lebih lanjut soal kelayakan rencana proyek infrastruktur perkeretaapian di Afrika. Termasuk di antaranya, bekerja sama dengan PT Inka dan PT LEN,” kata Direktur Utama WIKA Tumiyana dalam siaran pers yang diterima RMco.id, Rabu (28/8).

Membentuk konsorsium Indonesia Railway Development Incorporated for Africa (IRDIA), WIKA bersama Inka dan LEN terus menggodok perencanaan sinergis strategis, guna menangkap dan mengimplementasikan infrastruktur transportasi, yang menjadi salah satu fokus pembangunan negara-negara Afrika.

Counter Trade dan Buyer’s Credit

Baca juga : BUMN Dapat Akses Proyek Pembangunan di Irak dan Suriah

Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 yang berlangsung pada 20-21 Agustus lalu, memberikan multiplier effect dalam konteks diplomasi ekonomi Indonesia-Afrika dan para pelaku usaha, BUMN, sektor swasta, serta para pemangku kepentingan lain.

Dalam pelaksanaan IAID 2019 ini, WIKA terbilang agresif memanfaatkan peluang pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang Afrika sebagai momentum, untuk selanjutnya diimplementasikan secara nyata.

Dalam hubungannya untuk memperkuat posisi Indonesia dalam dalam ekspansi bisnisnya ke luar negeri, WIKA mengusulkan perlunya penerapan pola bisnis melalui beberapa mekanisme, antara lain counter trading & buyer’s credit.

Baca juga : AFF Tak Hargai Proses Hukum Ratu Tisha di Indonesia

Melalui mekanisme tersebut, negara-negara Afrika dapat menggunakan jasa WIKA selaku kontraktor, melalui counter payment dengan komoditas seperti minyak bumi, gas, barang tambang, dan lain-lain.

Lebih lanjut, mekanisme ini juga akan melibatkan kolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain, serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai bank penghubung. Sehingga, akan mendorong Indonesia Incorporated untuk tumbuh bersama dalam kancah internasional (Go Global). [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.