Dark/Light Mode

Kerja Sama Teknologi Jepang-Pertamina

Disuntik Karbon, Sumur Tua Bisa Produksi Minyak Lagi

Rabu, 19 April 2023 08:42 WIB
Tunjukin MOU: Menteri ESDM Arifin Tasrif (kiri) dan Menteri Energi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Nishimura Yasutoshi (kanan), foto bersama dengan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kedua kiri) dan Chairman & CEO Organization for Metals and Energy Security (JOGMEC) Takahara Ichiro, di Sapporo, Hokaido, Jepang, usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Injeksi CO2, Jumat (14/4). (Foto: Dok. G7)
Tunjukin MOU: Menteri ESDM Arifin Tasrif (kiri) dan Menteri Energi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Nishimura Yasutoshi (kanan), foto bersama dengan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kedua kiri) dan Chairman & CEO Organization for Metals and Energy Security (JOGMEC) Takahara Ichiro, di Sapporo, Hokaido, Jepang, usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Injeksi CO2, Jumat (14/4). (Foto: Dok. G7)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Pertamina (Persero) melakukan berbagai upaya untuk menaikkan produksi minyak nasional. Caranya, selain menggali sumur baru, Pertamina juga mengaktifkan sumur-sumur tua, melalui cara modern yang ramah lingkungan.

Salah satunya, dengan teknologi penangkapan dan penyimpanan Karbon atau Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS). Gas emisi karbon disuntikkan ke sumur tua. Lalu ditutup. Sepekan kemudian, minyak akan muncul lagi, siap disedot.

Teknologi ini dikerjakan Pertamina dengan menggandeng Jepang. Hasil kerja bersama JOGMEC (Japan Organization for Metals and Energy Security).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menandatangani dokumen kerja sama dengan Chairman & CEO JOGMEC Takahara Ichiro, di Sapporo, Hokaido, Jepang pada Jumat (14/4). Penandatanganan kerja sama ini disaksikan oleh menteri energi dari kedua negara, yaitu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Arifin Tasrif dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Nishimura Yasutoshi.

Kerja sama ini adalah salah satu buah penting untuk Indonesia, di tengah perhelatan G7 MinistersMeeting on Climate, Energy and Environment yang digelar di Sapporo selama dua hari, Sabtu dan Minggu lalu. G7 adalah kelompok negara di dunia yang paling maju ekonominya, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia dan Jepang, yang tahun ini menjabat sebagai Presidency G7.

Dua menteri Indonesia diundang pada pertemuan G7 tingkat menteri itu. Yakni Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.

Sebagai informasi, JOGMEC telah melakukan kerja sama teknologi CCUS dengan Pertamina untuk yang kedua kalinya. Yang pertama ditandatangani pada Agustus 2022, untuk proyek di Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. Hasilnya sangat memuaskan. Sedangkan untuk kerja sama yang kedua, proyeknya akan dikerjakan di Blok Sukowati, Bojonegoro, Jawa Timur.

Baca juga : Kerja Sama IPB dan SPUA Jepang Diharapkan Bisa Dongkrak Pertanian

Masyarakat awam mungkin banyak yang belum mengetahui, apa sih yang dimaksud dengan teknologi CCUS atau pemanfaatan karbon yang ditangkap dan disimpan.

Karbon atau CO2 adalah emisi yang menyebabkan suhu dunia jadi lebih panas. Pemanasan global ini berdampak parah pada iklim dan lingkungan. Sehingga seluruh dunia berupaya menurunkan suhu bumi dengan cara mengurangi pelepasan CO2 ke udara. CO2 terbanyak dihasilkan dari gas buang industri, kendaraan dan sebagainya.

Teknologi CCUS, secara sederhana bisa digambarkan begini. Gas CO2 sebagai produk emisi, ditangkap lalu disuntikkan ke dalam tanah. Dialirkan ke sumur-sumur yang sudah tua, dan tidak produktif.

Aliran gas CO2 yang disuntikkan rupanya bisa “merangsang” sumur untuk menghasilkan minyak lagi. CO2 membuat minyak yang tersembunyi di perut bumi, naik, sehingga bisa disedot lagi.

Analogi yang pas untuk menggambarkan ini, mirip dengan cara kerja mengocok minuman soda. CO2 yang diinjeksikan berfungsi mengocok, agar kandungan minyak bisa menyembur ke permukaan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati yang diwawancarai Rakyat Merdeka secara eksklusif di sela-sela pertemuan tingkat menteri G7, Sabtu (15/4), mengatakan, injeksi karbon bisa meningkatkan produksi minyak hingga tiga kali lipatnya.

Menurut Nicke, keberhasilan pengembangan teknologi CCUS di Jatibarang menjadi salah satu rujukan sehingga Jepang bersedia bekerja sama lagi untuk di Blok Sukowati.

Baca juga : Bersama Wamen BUMN, Direksi Pertamina Jenguk Korban Luka Bakar Di RSPP

Nicke mengharapkan, didapat sejumlah benefit dari program ini. Pertama, menekan emisi karbon. Kedua, menghidupkan lagi produksi minyak dari sumur yang sudah tua. Ketiga, transfer ilmu dan keahlian dari teknolog Jepang untuk putra putri Indonesia.

“Ini bagus sekali. Kami mengoptimalkan sumur tua yang dimiliki, sekaligus menurunkan CO2 dari gas produksi di Indonesia. Juga melakukan pengembangan kompetensi SDM melalui knowledge transfer,” papar Nicke.

Mengapa injeksi CO2 dipilih di Sukowati, dan sebelumnya di Jatibarang? Apakah ada kriteria khusus? Menurut Nicke, kerja sama ini objeknya ada dua hal. Pertama, menurunkan CO2. Dan kedua, meningkatkan lagi produksi minyak di sumur tua.

“Jadi kenapa Jatibarang dan Sukowati, karena di daerah tersebut terdapat dua sumber produksi gas yang konten CO2-nya tinggi. Dan di sekitar lokasi terdapat sumur tua yang bisa jadi tempat injeksi CO2-nya. Sehingga, ini jadi area yang tepat untuk implementasi teknologi CCUS,” ungkap Nicke.

Hal lain yang penting, menurut Dirut Pertamina, tujuan kerja sama ini adalah bagian dari komitmen setiap negara untuk mempercepat transisi energi menjadi lebih bersih.

Dengan injeksi CO2 ke dalam tanah, maka tidak ada lagi gas emisi yang dibuang ke udara. CO2 yang dihasilkan dari produksi gas langsung dimanfaatkan untuk menghidupkan lagi sumur-sumur minyak yang tidak produktif.

Menurut Nicke, Indonesia punya banyak sumur tua. Kandungan minyak yang disedot terus menurun. Ke depan, setelah ada transfer teknologi dari Jepang, Indonesia bisa mengembangkannya dalam skala yang lebih besar. Apalagi, sistem teknologi yang dipakai ini bisa menghasilkan energi yang lebih hijau.

Baca juga : Bersama Mitra, Pertamina Hulu Energi Akuisisi Wilayah Kerja Bunga dan Peri Mahakam

“Menangkap CO2 dari blok migas, lalu dipakai untuk produksi energi bersih. Blue amonia atau blue hydrogen, sebagai energi masa depan,” ujar Nicke.

Injeksi karbon ke dalam sumur tua adalah salah satu upaya mempercepat peningkatan produksi minyak nasional sekaligus menurunkan emisi karbon. Target yang ditetapkan Pemerintah adalah produksi minyak bisa mencapai 1 juta barrel per hari pada 2030 dan Net Zero Emission pada 2060.

Nota Kesepahaman Pertamina-JOGMEC selanjutnya akan diperdalam dengan Joint Study Agreement (JSA) untuk implementasi CCUS Huff & Puff, pada Juli 2023. Kerja sama ini memperkuat langkah Pertamina dalam mengatasi perubahan iklim, menurunkan emisi karbon dan menjalankan transisi energi serta menjaga ketahanan energi nasional.

Peluang kerja sama lainnya juga dilakukan pada produksi hidrogen dan amonia dengan penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture & Storge). Serta penangkapan dan penyimpanan gas buang CO2 oleh sektor industri, seperti pembangkit listrik, pabrik baja dan semen yang termasuk CCS Hub dan Cluster Industry. (Ratna Susilowati, Kartika Sari)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.