Dark/Light Mode

Ramal Ekonomi Kita Tumbuh Di Bawah 5 Persen, Bank Dunia Ngecap Aja...

Rabu, 11 September 2019 08:40 WIB
Wapres Jusuf Kalla
Wapres Jusuf Kalla

RM.id  Rakyat Merdeka - Ramalan Bank Dunia bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah 5 persen, dianggap cuma ngecap aja. 

Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan yakin, ramalan itu tak akan jadi kenyataan.

Dalam laporan Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang dirilis Bank Dunia, September 2019, dijelaskan bahwa perlambatan ekonomi menimbulkan pengaruh terhadap Indonesia. 

Ada beberapa hal tanda yang menimbulkan resesi ekonomi dunia. Di antaranya memanasnya perang dagang, bertambahnya adu tarif, dan menjalarnya perang dagang ke sektor teknologi (Huawei). 

Perang dagang pun bisa berubah menjadi perang mata uang antara dolar AS dan yuan. Bank Dunia menyebut, perang dagang juga ditemani be berapa peristiwa geopolitik lain yang bisa menambah risiko ekonomi. 

Di antaranya Brexit, Pemilu AS di 2020, ketegangan dagang Jepang-Korsel, protes Hong Kong, sanksi Iran, konflik bayangan dengan Israel, restukturisasi utang Argentina dan krisis Kashmir. 

Baca juga : Semester I, Ekonomi Tumbuh 5,6 Persen

“Perang dagang China-AS bisa saja menimbulkan krisis,” tulis Bank Dunia. 

Bank Dunia mengungkapkan, pertumbuhan di Indonesia sudah menunjukkan perlambatan dan bakal melemah lebih dalam di tengah perlambatan global. Resesi global bisa melukai Indonesia. 

Bank Dunia juga meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun lebih dalam, karena lemahnya produktivitas dan pertumbuhan pekerja. 

Dalam presentasinya, Bank Dunia memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 akan berada di 4,9 persen dan terus menurun hingga 4,6 persen di 2022. 

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, resiko resesi yang menghantui Indonesia masih bisa ditekan. 

Menurutnya, Indonesia masih jauh lebih baik ketimbang negara-negara lain. “Kita lihat. Kita masih lebih baik dari negara seperti Turki, Brasil, Singapura. Nantilah kita lihat,” tegas JK, kemarin. 

Baca juga : Komisi IV DPR Minta Wajib Tanam Bawang Putih Naik 10 Persen dan Blacklist Importir Nakal

Menteri Luhut mengatakan, memang ada beberapa skenario yang dibuat oleh Bank Dunia terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Namun, dia menegaskan, Indonesia masih lebih baik dibanding negara emerging market lain. “Tidak ada alasan ekonomi kita jatuh di bawah 5 persen,” kata Luhut menjawab pertanyaan wartawan di kantornya, kemarin. 

Presiden Jokowi, kemarin, dalam pertemuan dengan perwakilan pelaku usaha mebel, kayu, dan rotan, meminta para menteri melawan perang dagang. 

Caranya, dengan menerbitkan kebijakan konkret yang mampu meningkatkan daya saing produk mebel, kayu, dan rotan sehingga kinerja ekspor moncer. 

“Saya mendapat informasi yang sangat detail dari World Bank bahwa sekarang ini, mebel, produk kayu, dan rotan itu punya kesempatan besar untuk masuk ke pasar global. Terutama yang berkaitan dengan perang dagang,” ujarnya. 

Produk mebel, kayu, dan rotan Indonesia berpotensi masuk ke pasar internasional. Terutama negara-negara yang sebelumnya mendapat pasokan dari China. 

Baca juga : Final Piala Indonesia: Persija Tuan Rumah, PSM Siap Bawa Pulang Piala

Selama ini, produk mebel China menyebar di AS. Namun sejak perang dagang, China sulit mengirimkan produk tersebut ke Negeri Paman Sam. 

“Berangkat dari informasi yang saya terima dan saya kira kesempatan itu sangat besar sekali,” ujar Jokowi. 

Untuk itu, eks gubernur DKI Jakarta itu ingin para menteri bisa segera meracik kebijakan yang mampu mendorong daya saing dan kinerja ekspor industri ini. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.