Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
96 Negara Jadi Pasien IMF
Bersyukur, Indonesia Cepat Pulih Dan Bangkit
Minggu, 6 Agustus 2023 06:45 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Sebanyak 96 negara tercatat menjadi pasien lembaga moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF) imbas krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Bersyukur, Indonesia mampu bangkit dan pulih lebih cepat.
Hal ini disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka, yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (1/8).
“Patut kita syukuri, Alhamdulillah kita bisa mengendalikan, bisa mengelola ekonomi kita pasca pandemi Covid-19 dan bisa kembali normal dalam waktu yang sangat cepat,” kata Jokowi.
Baca juga : Peduli Pendidikan, BenQ Indonesia Bantu Sekolah Dasar di Sumedang
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan, kalau pada periode 1997-1998, krisis ekonomi yang terjadi juga sangat mengerikan. Tapi jumlah negara yang menjadi pasien IMF tidak sampai 10 negara.
“Kita pernah jadi pasien IMF tahun 97-98. Namun saat ini, sudah ada 96 negara menjadi pasien IMF,” lanjut Jokowi.
Menurut Jokowi, krisis ekonomi pasca pandemi Covid-19 diperparah adanya krisis energi dan krisis pangan. Ditambah perang Rusia dan Ukraina, membuat banyak ekonomi negara miskin hingga negara maju bertumbangan.
Baca juga : Setan Merah Belum Bangkit
“Gandum yang dari Rusia biasanya bisa keluar 130 juta ton, sekarang tidak keluar sama sekali. Dari Ukraina biasanya 70 juta ton, sekarang tidak bisa keluar sama sekali, hingga harga gandum naik dan terjadi kekurangan pangan di banyak negara,” ungkap Jokowi.
Melihat hal itu, Jokowi bersyukur Indonesia saat ini masih pada posisi baik dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu 5,3 persen dan 5,03 persen pada kuartal I-2023.
Selain itu, inflasi domestik juga terjaga. Tahun lalu sempat mencapai 5 persen, tapi pada akhir Juli angkanya turun menjadi 3,5 persen.
“Kalau kondisi ini bisa dipertahankan, kita akan jadi yang terbaik di seluruh dunia. Di G20 kita terbaik sekarang,” ujarnya.
Jokowi mengingatkan, tidak banyak negara yang mampu bertahan seperti Indonesia. Sejumlah negara harus menghadapi inflasi atau kenaikan harga barang gila-gilaan.
“Kalau punya saudara di Eropa, tanyakan berapa kenaikan harga gas, ada yang sampai 700 persen. Berapa harga pangan? Semua naik, ada yang sampai dua kali lipat,” ujarnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya