Dark/Light Mode

Banyak Industri Sudah Pake Bahan Bakar Alternatif

Semen Indonesia Komit Tekan Emisi Gas Buang

Selasa, 22 Agustus 2023 07:25 WIB
Direktur Operasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) Reni Wulandari. (ANTARA/HO-PTSG)
Direktur Operasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) Reni Wulandari. (ANTARA/HO-PTSG)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak industri sudah menggunakan teknologi dan bahan bakar alternatif untuk mengurangi emisi gas buang. Memburuknya kualitas udara di Ibu Kota, diyakini lebih banyak disumbang emisi kendaraan berbahan bakar minyak fosil.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menuturkan, se­jumlah industri yang memiliki pabrik, seperti PT Semen Indo­nesia dan perusahaan lain telah menunjukkan komitmennya dalam mengurangi emisi. Hal ini bisa dilihat dari penerapan atau pemasangan teknologi yang berkaitan dengan emisi.

Fahmy menuturkan, untuk memiliki teknologi itu, indutri harus mengeluarkan biaya investasi yang tidak sedikit. Seperti halnya yang dilakukan Semen Indonesia. Ini artinya, imbuh Fahmy, perusahaan tersebut tidak main-main soal komitmen mer­eka untuk mengurangi emisi.

Baca juga : Ganjar Diberi Gelar Gubernur Punakawan Berkat Kreativitas Dan Inovasi Bangun Jateng

“Nggak semua perusahaan lho mau merogoh kocek lebih untuk teknologi seperti itu,” ujar Fahmy kepada Rakyat Merde­ka, kemarin.

Apalagi Semen Indonesia terus berinovasi dalam mengu­rasi emisi, salah satunya dengan menggunakan alternatif bahan bakar dari sampah.

Fahmy menegaskan, saat ini penggunaan batubara untuk kegiatan produksi di pabrik, perlahan-lahan harus dikurangi. Semen Indonesia sudah mulai mencari substitusinya dari sampah. Lalu, ada PT PLN yang menggunakan bio massa untuk menggantikan sebagian batubaranya.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Melesat Pasca Pandemi

“Semoga ini diikuti industri lain guna menekan emisi ke depannya,” harapnya.

Tak hanya itu, sejumlah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang ada di sekitar Jakarta, emisi yang dihasilkan juga telah sesuai aturan yang ada.

“Polusi itu bisa dari mana saja. Bahkan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) juga bilang ada fak­tor cuaca (kemarau),” katanya.

Baca juga : Sultra Punya Perpustakaan Bertaraf Internasional, Ini Pesan Perpusnas

Meski demikian, menurut Fahmy, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tetap perlu melakukan audit, bagaimana operasional pabrik-pabrik yang berjalan selama ini? Dan bagaimana gas buang atau emisi yang dihasilkan dari sektor-sektor tersebut?
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.