Dark/Light Mode

Libatkan Intelijen Tangkal Resesi Global

Sri Mulyani Masih Pede Target APBN Tercapai

Sabtu, 5 Oktober 2019 11:45 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati [Foto: Istimewa]
Menkeu Sri Mulyani Indrawati [Foto: Istimewa]

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah ketidakpastian global, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berharap realisasi APBN masih bisa tercapai dengan baik hingga akhir tahun.

Tak hanya itu, ia mengharapkan adanya kemampuan intelijen untuk mendapat informasi sehingga ada feedback terhadap penentuan kebijakan dalam negeri. 

Sri Mulyani berpesan, Indonesia telah dipandang sebagai negara yang berpengaruh. Sehingga dia meminta peranan pemerintah dapat ditingkatkan, baik untuk kepentingan Indonesia maupun dunia. 

“Saya harap suara dan posisi Indonesia dalam menciptakan tata ekonomi dunia yang adil dan berkelanjutan juga harus bisa ditingkatkan,” ujarnya di Jakarta, kemarin. 

Meski begitu, Menkeu mengatakan, saat ini kondisi perekonomian domestik masih terjaga dengan baik. Menurutnya, banyak negara maju mengalami tekanan ekonomi. Bahkan sudah ada yang masuk ke zona resesi akibat situasi perekonomian dunia saat ini. 

Sri Mulyani menilai, Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan dalam melihat perkembangan ekonomi global. 

Baca juga : Saat Menkeu Sri Mulyani dan Erick Thohir Terpukau Film Gundala

“Tak hanya menghadiri pertemuan internasional, saya juga mengharapkan adanya kemampuan intelijen untuk mendapat informasi sehingga ada feedback terhadap penentuan kebijakan dalam negeri,” katanya. 

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pemerintah perlu mengambil langkah preventif untuk melindungi perekonomian nasional dari dampak resesi ekonomi global. 

Karena, dirinya mendeteksi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang Indonesia untuk memasuki resesi. 

“Setidaknya ada dua faktor utama yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dalam menyikapi gejolak ekonomi global yang berada di ambang resesi ini,” katanya. 

Pingkan menjelaskan, faktor pertama dari sisi internal, yang mencakup stabilitas kondisi sosial dan politik yang berdampak pada pertumbuhan investasi. Kondisi politik yang berada dalam ketidakpastian, membuat investor sangat hati-hati untuk mengucurkan modalnya ke Indonesia. 

“Hal ini bisa dilihat dengan masih adanya gelombang demonstrasi yang menuntut parlemen meninjau kembali beberapa RUU yang dinilai mengandung pasalpasal kontroversial dan merugikan masyarakat,” ujarnya. 

Baca juga : Ditjen Bea Dan Cukai Pesimis Target Rp 500 M Cukai Bisa Tercapai

Pingkan menuturkan, unjuk rasa yang berujung ricuh itu telah mendorong sentimen negatif dalam pasar. Akibatnya, investor memilih untuk mengambil langkah wait and see. 

Faktor kedua, kata Pingkan, adalah kondisi eksternal yang mencakup perekonomian negara mitra dagang maupun investor asing. Hal ini tentu saja mengancam iklim investasi di Indonesia. “Pemerintah harus waspada karena resesi ekonomi dapat menyebar dengan cepat,” katanya. 

Apalagi, melihat kondisi ¬Singapura yang saat ini juga tengah mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Singapura pada dua kuartal terakhir hanya berkisar pada level 0 sampai 0,1 persen. 

Menurutnya, hal tersebut bisa berdampak kepada Indonesia yang akan mendapatkan hambatan ekspor sebesar 7,8 persen, jika bertumpu pada persentase ekspor Indonesia ke Singapura pada 2018. 

Memasuki kuartal IV alias terakhir tahun 2019, Pingkan memprediksi, perekonomian global kian lesu. Ini membuat lembaga-lembaga keuangan internasional seperti World Bank, International Monetary Fund dan Organization for Economic Cooperation and Development mengoreksi proyeksi mereka. 

“Dari proyeksi ketiga lembaga tersebut, pertumbuhan ekonomi global kini berada di rentang 2,6 persen hingga 3,2 persen. Semula, diprediksi pada rentang 2,9 persen sampai 3,3 persen,” jelasnya. 

Baca juga : Kualitas Beras Bulog Diyakini Paling Top

Pingkan menyebut, setidaknya tiga negara besar seperti ¬Amerika Serikat, Inggris dan Jerman sangat rentan kena resesi dalam waktu dekat. 

Menurut dia, untuk mengetahui kepastian ekonomi global, setidaknya harus menunggu ¬AS-China bertemu, pada 10 ¬Oktober 2019. [KPJ]


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.