Dark/Light Mode

Diramal Tumbuh 5,6 Persen

Kondisi Global Meredup, Ekonomi Indonesia Kuat

Jumat, 1 Desember 2023 07:10 WIB
Presiden Jokowi berjalan bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri), menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) 2023 di Kantor BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023). Pertemuan Tahunan BI 2023 digelar dengan mengusung tema Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional. (Foto: Antara)
Presiden Jokowi berjalan bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri), menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) 2023 di Kantor BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023). Pertemuan Tahunan BI 2023 digelar dengan mengusung tema Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perekonomian Indonesia diyakini kuat menghadapi guncangan krisis ekonomi global. Dua tahun ke depan, ekonomi dalam negeri bakal bangkit. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bakal tumbuh 4,7-5,6 persen.

Sebaliknya, ekonomi global makin redup dan tumbuh melam­bat pada tingkat 2,8 persen.

“Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8 persen sampai 5,6 persen pada 2025. Salah satu yang tertinggi di dunia,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan BI, Rabu (29/11/2023) malam.

Perry menjelaskan, pertum­buhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan didukung oleh menguatnya konsumsi dan investasi. Terutama didukung oleh kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), Penyelenggaraan Pemi­lihan Umum (Pemilu) dan pem­bangunan infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Selain peningkatan ekspor yang dipicu program hilirisasi Pemerintah.

Baca juga : Dorong Bisnis Pariwisata Global, MTGO Sasar Pasar Indonesia

Menurutnya, perekonomian dunia masih bergejolak, bahkan diperkirakan berlangsung hingga 2024. Risiko utamanya disebab­kan oleh perang Rusia-Ukraina, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel-Palestina.

Fragmentasi geopolitik tersebut, kata Perry, akan mempengaruhi fragmentasi dari sisi ekonomi.

“Prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebe­lum mulai bersinar kembali pada 2025. Ketidakpastian masih tinggi,” ujarnya.

BImemperkirakan, pertum­buhan ekonomi global akan melambat 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat ke level 3 persen pada 2025.

Baca juga : Bamsoet Dorong Perusahaan Kendaraan Listrik Thailand Bangun Pabrik di Indonesia

Perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan cenderung menguat, sedangkan ekonomi China masih berpotensi melambat.

Laju penurunan inflasi pun diperkirakan lebih lambat, meski telah dilakukan pengetatan kebi­jakan moneter di negara maju.

Meski menurun, tingkat inflasi global 2024 diperkirakan tetap berada di atas target, akibat naiknya harga energi global dan ketatnya pasar tenaga kerja.

Suku bunga The Fed (Bank Sentral AS, Federal Reserve-red) yang masih tinggi dan penguatan dolar AS diperkirakan masih memberi tekanan pada pasar keuangan negara berkembang. Termasuk di Indonesia.

Baca juga : Pemerintah Waspadai Ekonomi China Lambat

“Karena itu, gejolak global perlu diantisipasi dengan ke­bijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional,” tutur Perry.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.