Dark/Light Mode

Dorong Investasi, Pengusaha Ngarep Azas Cabotage Dipertahankan

Sabtu, 12 Oktober 2019 13:44 WIB
Ketua Umum Iperindo, Eddy Kurniawan Logam. (Foto: Ist)
Ketua Umum Iperindo, Eddy Kurniawan Logam. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) meminta pemerintah tetap konsisten menerapkan  asas cabotage pelayaran nasional. Karena, azas cabotage yang sudah berjalan sejak 2005 itu berhasil meningkatkan investasi dan produktivitas industri pelayaran dalam negeri.

Ketua Umum Iperindo, Eddy Kurniawan Logam, menjelaskan, penerapan azas cabotage sukses meningkatkan populasi kapal nasional, dari yang hanya 6 ribu unit sebelum diberlakukannya asas, menjadi sekitar 29 ribu unit kapal yang ada saat ini. Banyaknya jumlah kapal itu tentu mendorong kesempatan kerja yang lebih luas lagi, terutama profesi pelaut.

"Undang-Undang Pelayaran terkait asas cabotage sudah bagus sekali manfaatnya. Kapal semakin banyak menjadi 29 ribu kapal. Dengan itu telah membuka ekosistem baru dan multiplier effect yang positif," katanya di Jakarta, Sabtu (11/10).

Baca juga : Kementan Dorong Pendampingan Pengembangan Korporasi Petani Padi

Menurutnya, dengan industri pelayaran nasional yang kuat itu, juga berdampak positif terhadap industri galangan kapalnya yang terus tumbuh memenuhi permintaan pasar domestik. Eddy memprediksi apabila perusahaan asing diperbolehkan beroperasi 100 persen melayani pelayaran dalam negeri, industri galangan kapal nasional diyakini akan tertekan karena perawatan kapal asing itu diperkirakan tetap dilakukan di luar negeri.

“Karena itu, kalau industri pelayaran kapal dalam negerinya kuat akan berdampak terhadap industri galangan kapal. Karena itu, azas cabotage jangan direvisi karena sudah terbukti berdampak positif," tuturnya.

Eddy menyebutkan, seharusnya azas cabotage ini diperkuat. Salah satunya dengan memberikan dukungan pendanaan yang kompetitif bagi pelaku pelayaran nasional.

Baca juga : DPR Dorong KLHK Bentuk Gugus Tugas Cegah Karhutla

"Azas cabotage harus diperkuat untuk menjaga kedaulatan kita. Kita bisa merambah ke perbankan untuk memberikan solusi berupa tenor panjang dan bunga rendah," katanya.

Selama ini, kata Eddy, masa pinjaman untuk sektor jasa angkutan laut juga dinilai kurang panjang. “Untuk pembelian kapal, rata-rata pengembalian pinjaman 5 tahun sampai 7 tahun, kalau di Eropa dan negara berkembang lainnya bisa sampai 20 tahun. Jadi, suku bunga tinggi dan tenor yang pendek ini memberatkan pengusaha,” keluhnya.

Produk industri galangan kapal nasional saat ini didominasi produk kapal perintis, kapal tongkang, dan kapal tugboat. Sementara itu, untuk jenis kapal niaga, seperti kapal offshore dan kapal tanker, masih banyak yang berasal dari luar negeri.

Baca juga : Terima Setoran Dari 5 Pengusaha, Bupati Bengkayang Jadi Tersangka

Saat ini perkembangan sektor industri galangan kapal dunia didominasi oleh China, Korea Selatan, dan Jepang dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 29,18 juta gross tonnage (GT), 25,46 juta GT, dan 14,73 juta GT pada 2017.

Untuk wilayah Asia Tenggara, order pembangunan kapal baru didominasi oleh Filipina sebesar 2,17 juta GT dan Vietnam sebesar 766.431 GT. Adapun, order pembangunan kapal di Indonesia tercatat sebesar 218.300 GT dengan rincian 83 persen untuk kebutuhan dalam negeri dan sisanya untuk kebutuhan ekspor. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.