Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Tarif Belum Kompetitif
Ekosistem Industri Panas Bumi Kudu Cepat Dibenahi
Rabu, 6 Desember 2023 07:20 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah didorong segera membenahi ekosistem industri panas bumi. Karena, tarif listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) itu belum kompetitif. Padahal, prospeknya sangat menjanjikan untuk kepentingan masa depan.
Untuk jangka panjang, biaya operasi listrik panas bumi dapat menjadi salah satu yang termurah dibandingkan beban usaha untuk semua jenis pembangkit.
Untuk mengoptimalkan potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia sebagai sumber energi masa depan, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengingatkan, perlu kesungguhan dari Pemerintah bersama para pihak terkait lain, untuk memanfaatkannya.
Baca juga : Inaki Pena Mulai Mendapat Tempat Di El Real
Menurutnya, Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki ekosistem industri panas bumi
“Dan mendorong kolaborasi dari para stakeholder terkait,” ucap Komaidi kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Ia menjelaskan, rata-rata beban usaha pembangkitan untuk listrik panas bumi sebenarnya lebih efisien.
Baca juga : Jadwal Kampanye Legislatif 2024 Dan Potensi Pelanggaran Yang Perlu Caleg Tahu
Pada 2022 misalnya, beban usaha pembangkitan untuk listrik panas bumi sebesar Rp 118,74 per kWh (kilowatt per hour), atau hanya 8,12 persen dari rata-rata beban usaha pembangkitan untuk semua jenis pembangkit yang dilaporkan sebesar Rp 1.460,59 per kWh.
Sayangnya dalam pengembangan dan pengusahaan panas bumi di Indonesia, kata Komaidi, terpantau masih terkendala masalah keekonomian proyek.
“Hal tersebut yang menyebabkan harga jual tenaga listrik dari energi panas bumi dilaporkan masih lebih tinggi, dibandingkan dengan harga jual tenaga listrik dari jenis Energi Baru dan Energi Terbarukan lainnya,” ujarnya.
Baca juga : Kemenperin: Industri Otomotif Sektor Prioritas Di Indonesia Dan Pahlawan Devisa
Berdasarkan review ReforMiner Institute, Komaidi mengatakan, tingkat keekonomian proyek panas bumi di Indonesia tercatat masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat keekonomian proyek panas bumi global.
Rata-rata keekonomian proyek panas bumi global saat ini telah berada di bawah 10 sen dolar Amerika Serikat (AS) per kWh.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya