Dark/Light Mode

Rencana Merger Panen Dukungan

Insya Allah BTN Syariah Jadi Second Big Player

Senin, 19 Februari 2024 07:05 WIB
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu.

RM.id  Rakyat Merdeka - Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau biasa disebut BTN Syariah, diharuskan pisah dari sang induk (spin off). Untuk mempercepat BTN Syariah berdiri sendiri, sejumlah bank tengah dilirik untuk diakuisisi. Hal ini mendapat dukungan banyak pihak. Karena dengan bertambahnya jumlah bank syariah, maka makin sehat pula persaingan bisnisnya.

Per Desember 2023, aset BTN syariah tercatat sebesar Rp 54,28 triliun. Dengan posisi aset terse­but, UUS BTN telah memenuhi syarat untuk melakukan spin off.

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 Ta­hun 2023 menyebutkan, jika total aset UUS lebih dari Rp 50 triliun, maka wajib melakukan pemisahan dengan tahapan tertentu.

OJK juga mengatur batas waktu penyampaian persetujuan pemisahan, yakni paling lama 2 tahun setelah batas penyampaian laporan publikasi triwulanan. Artinya, Oktober 2025 BTN Syariah harus sudah menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Baca juga : IKN Hadirkan Kendaraan Yang Ramah Lingkungan

Pengamat ekonomi syariah dari Universitas Indonesia (UI) Yusuf Wibisono mengatakan, sudah waktunya UUS BTN Sya­riah tumbuh menjadi BUS, agar persaingan industri tak hanya dimonopoli oleh PT Bank Sya­riah Indonesia (Tbk) alias BSI.

Menurut Yusuf, setelah BTN Syariah melakukan merger dengan Bank Muamalat, maka akan menjadi bank syariah terbesar kedua (second big player), sehing­ga mewujudkan bisnis yang sehat.

“Ketika nanti menjadi pesaing BSI, maka BTN Syariah akan berspesialisasi pada pembiayaan perumahan, sehingga industri menjadi lebih beragam,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Minggu (18/2/2024).

Karena itu, Yusuf menyambut baik rencana spin off UUS BTN, untuk kemudian digabungkan dengan bank lain, yang sebelumnya sudah diakuisisi sang induk. Dan, BTN Syariah menjadi BUS baru.

Baca juga : Sebelas Kecamatan Sulap Sampah Jadi Bahan Bakar

“Diharapkan, agar spin-off BTN Syariah ini tidak sekadar meng­hasilkan pesaing BSI. Namun juga memiliki visi untuk mengem­bangkan market share industri perbankan syariah,” harapnya.

Untuk itu, sambung Yusuf, jika spin off diserahkan ke in­dustri, maka pelaku pasar akan memilih opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilakukan. Antara lain, mengakuisisi bank yang sudah memiliki rekam jejak baik dalam industri perbankan syariah, seperti Bank Muamalat.

“Kita sepakat, BSI harus mendapatkan pesaing yang cukup kuat, agar persaingan di industri perbankan syariah menjadi lebih sehat,” tandasnya.

Menurut Yusuf, saat ini industri perbankan syariah sangat timpang, karena BSI menjadi satu-satunya pemain yang sangat dominan. Dengan aset yang begitu jumbo, bank hasil merger Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah itu menguasai hampir 40 persen market share perbankan syariah nasional.

Baca juga : Athletic Bilbao Vs Girona, Kemenangan Harga Mati

Pesaing terdekatnya adalah Bank Muamalat dengan aset Rp 66,2 triliun, diikuti UUS CIMB Niaga Rp 61,5 triliun dan UUS BTN Rp 48,4 triliun (kuartal III-2023).

“Selayaknya BSI memiliki tiga sampai empat pesaing yang sepadan, agar industri perbankan syariah nasional lebih sehat,” ungkap Yusuf.

Apalagi jika berkaca pada kasus lumpuhnya layanan BSI yang membuat konsumen per­bankan syariah nasional mengalami kerugian sangat besar.

Mengingatkan saja, layanan perbankan BSI sempat lumpuh total selama empat hari, yaitu pada 8 Mei 2023 hingga 11 Mei 2023 akibat cyber attack.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.