Dark/Light Mode

Sampah itu Berguna untuk Krisis Iklim?

Selasa, 9 April 2024 13:25 WIB
Pengolahan sampah di Jakarta. (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Pengolahan sampah di Jakarta. (Foto: Dwi Pambudo/RM)

Bagaimana sampah itu berguna ketika krisis iklim yang semakin meningkat dan menjadi perhatian serius bagi seluruh dunia? Krisis iklim telah menjadi isu global yang memengaruhi kehidupan kita. Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah gas metana yang merusak lapisan ozon. Dilansir dari Wikipedia, emisi metana mempunyai efek 25 kali lipat lebih besar daripada emisi karbon dioksida dengan jumlah yang sama dalam periode 100 tahun. Metana mempunyai efek yang besar dalam jangka waktu pendek (waktu hidup 8,4 tahun di atmosfer), sedangkan karbon dioksida mempunyai efek kecil dalam jangka waktu lama (lebih dari 100 tahun). Pernahkan anda berpikir sampah itu menghasilkan gas apa? Proses penimbunan terbuka sampah makanan dapat menghasilkan gas metana (CH4) lebih berbahaya dari emisi karbon dioksida (CO2) yang biasa dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor.


<a href=Pemilahan sampah di Korea" title="Pemilahan sampah di Korea" src="https://community.rm.id/menu_rmid../../assets/uploads/images/af345d29346e24b91de9f4d6c9a0c6a62c1238b4.png" width="353" height="244.9900176555866">

Sebagai perbandingan, di antara negara maju di dunia, kita bisa mengambil contoh negara Korea Selatan. Penduduknya sudah terbiasa memilah dan memisahkan sampah dengan baik. Penduduk Korea Selatan sudah terbentuk suatu kebiasaan untuk membersihkan sampah dan memilahnya sesuai dengan kategori yang ditetapkan pemerintahnya. Pemilahan  sampah dibedakan menjadi beberapa kategori, diantaranya: organik, plastik, kertas dan logam, dengan demikian memungkinkan untuk mendaur ulang sampah sehingga dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Pada 2017, mereka berhasil mendaur ulang sampah plastik hingga 23 persen, pembakaran dengan pemulihan energi 39 perse, insinerasi tanpa energy recovery 33 persen, dan hanya 5 persen yang dibuang ke TPA. Namun, di negara kita, Indonesia, pemilahan sampah masih belum dianggap serius dan dianggap sebagai hal yang tidak praktis dan tidak berguna. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Indonesia memiliki sampah dari 17 juta ton timbulan sampah pada tahun 2023, Pemerintah Indonesia telah berhasil mengelola sekitar 66,47 persem sampah (11,5 juta ton sampah). Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, negara kita masih tertinggal jauh.

Korea Selatan memiliki banyak aturan untuk sistem pemisahan sampah mereka, mulai dari plastik hingga sisa makanan. Terdapat banyak pembagian tempat hanya untuk sampah saja bahkan sampai ada perbedaan dengan kantong plastik sampah mereka yang berbeda warna untuk diidentifikasi kategori sampahnya. Indonesia yang sudah memiliki undang-undang terkait hal tersebut contohnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 yang mengatur pengelolaan sampah di Indonesia namun tidak tampak perubahan yang signifikan. Ada banyak penyebab permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia, kurangnya penegakan disiplin di lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan tempat tinggal kita. Selain itu, faktor permasalahan lemahnya penegakan hukum, buruknya kondisi tempat pembuangan sampah, pengomposan, dan sistem pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA). Saat ini indikator permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia adalah tingkat timbulan sampah, tingkat praktik pengelolaan sampah, terbatasnya lahan yang tersedia untuk tempat pembuangan akhir, kelembagaan dan dana pengelolaan sampah.

Baca juga : Polri Sampaikan Belasungkawa Untuk Korban Kecelakaan Di KM 58

Salah satu solusi untuk mengatasi krisis ini adalah dengan mengadopsi energi terbarukan dari sampah organik. Sampah organik bisa berguna untuk krisis iklim juga lho! Solusi utama adalah dengan memanfaatkan energi terbarukan, tetapi tantangan besar masih menghadang, terutama dalam konteks pemisahan sampah di Indonesia.

Pada artikel ini, kita akan membahas pentingnya penggunaan energi terbarukan, terutama di Indonesia. Dengan fokus pada kesulitan dalam menerapkan pemisahan sampah seperti yang dilakukan di luar negeri. Meskipun secara individu, Anda perlu memulai perubahan dari diri sendiri, kebijakan pemerintah juga memiliki peran penting dalam memberikan dampak yang lebih besar dan meluas daripada usaha individu yang melokal saja. Banyak orang tidak menyadari pentingnya pemisahan sampah dan dampak negatif yang ditimbulkannya jika tidak dilakukan. Jika tidak dilakukan pemisahan atau pemilahan sampah bisa berdampak pada kesehatan seperti infeksi kulit, keracunan makanan, hepatitis A, infeksi salmonella dan seterusnya. Pemerintah seharusnya memastikan adanya fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pemisahan sampah, termasuk peningkatan jumlah tempat pembuangan sampah yang terpisah, juga wajib untuk bertanggung jawab dalam memeliharanya.

Mari kita telaah bersama bagaimana seharusnya sampah dipilah dan dijadikan energi terbarukan demi mengurangi dampak krisis iklim, seberapa kecil tindakan kita dapat membawa dampak besar bagi generasi mendatang. Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan aturan yang jelas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga. Menurut aturan tersebut, sampah harus dipilah sedikitnya menjadi 5 kelompok yang tak bisa diabaikan.

Kelompok sampah yang pertama adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Disinilah segala sesuatu yang bisa menyebabkan kerusakan bagi lingkungan dan kesehatan manusia ditempatkan. Tak kalah pentingnya adalah sampah yang dapat digunakan kembali,  sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang mudah terurai, sampah lainnya. Sampah yang masih layak pakai bisa digunakan kembali, kita juga bisa ikut berperan dalam mengurangi sampah daur ulang dengan membawa botol minum sendiri.

Baca juga : Lebih Beruntung Dari Sandra Dewi


Dengan kita mendaur ulang sampah organik saja bisa mengurangi gas emisi gas rumah kaca lho! Sampah yang mudah terurai atau sampah organik bisa menjadi energi yang terbarukan. Tujuan pengolahan sampah organik dan anorganik menjadi energi adalah untuk mengubahnya menjadi briket biomassa. Sampah organik kering, seperti daun dan ranting kering, dan sampah anorganik, seperti plastik, dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan biobriket sampah. Manfaat yang diperoleh adalah mengurangi sampah yang bisa dimanfaatkan menjadi energi. Karena dibuat dengan menekan limbah biomassa menjadi bentuk yang lebih padat, briket biomassa menghasilkan panas yang lebih tinggi per satuan volume dibandingkan dengan pembakaran biomassa secara langsung, menurut Wikipedia. Karena briket biomassa termasuk dalam siklus karbon pendek, mereka memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih rendah daripada bahan bakar fosil. Selain menekan limbah biomassa menjadi ukuran yang padat, briket biomassa juga dibuat melalui proses pengeringan, karbonisasi, dan pirolisis, yang menghasilkan tingkat energi yang lebih tinggi. 

Bayangkan jika sampah organik bercampur dengan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), itu merupakan suatu kerugian besar. Kenapa? Hal ini dikarenakan sampah organik memiliki potensi untuk diolah menjadi sumber energi terbarukan, seperti biogas melalui proses pengomposan. Ketika sampah B3, yang mungkin mengandung bahan kimia beracun atau zat berbahaya lainnya, bercampur dengan sampah organik, maka kemungkinan kontaminasi akan meningkat secara signifikan. Hal ini dapat mengakibatkan tercemarnya tanah, air, dan udara, serta membahayakan makhluk hidup yang berada di sekitarnya. 


Baca juga : SKK Migas Beberin Tantangan Komersialisasi Gas Bumi

Dengan cara ini, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetap bersih dan aman, tetapi kita juga memberi sampah kesempatan kedua untuk memberi pengaruh yang lebih besar pada kehidupan kita. Setiap aksi kita memiliki dampaknya masing-masing, dan dengan memilah sampah dengan bijak, kita berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan hidup bumi untuk generasi-generasi mendatang. Dengan demikian, pemisahan sampah sangatlah penting untuk memastikan efisiensi dalam proses pengolahan sampah. Ini juga menekankan pentingnya kesadaran dalam membuang sampah sesuai dengan kategorinya masing-masing, serta perlunya kebijakan dan sistem pengelolaan sampah yang efektif untuk mencegah kontaminasi dan merawat lingkungan hidup. Mari kita mulai dari hal kecil, karena dari sana, perubahan besar bermula. Ingat, sampah itu masalah bersama bukan masalah pemerintah saja.

Ezrela Fidelynn Surya Wibisana
Ezrela Fidelynn Surya Wibisana
Ezrela Fidelynn Surya Wibisana

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.