Dark/Light Mode

Aplikasi NOMOREWASTE: Solusi Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah

Selasa, 16 April 2024 22:51 WIB
Gambar Visualisasi Aplikasi NOMOREWASTE dengan dua menu utama: Edukasi P2D dan Pengangkutan Sampah. (Foto: Dok. Pribadi)
Gambar Visualisasi Aplikasi NOMOREWASTE dengan dua menu utama: Edukasi P2D dan Pengangkutan Sampah. (Foto: Dok. Pribadi)

Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah, terutama dalam hal penanganan timbunan sampah. Menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65,71% (13,9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Sayangnya, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sampah terbanyak di dunia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sekitar 19,45 juta ton sampah.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) memberikan Target Indonesia Bersih Sampah 2025 melalui pengurangan sampah sebesar 30%, dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025. Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) terus mendorong pemerintah daerah untuk memiliki kebijakan dan strategi penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai ke pemrosesan akhir sampah.

Problematika Strategi Penanganan Sampah

Beberapa daerah di Indonesia mengalami penumpukan sampah yang tidak terkontrol, menyebabkan gangguan bagi penduduk setempat. Hal ini mengakibatkan kerusakan lingkungan dengan mencemari tanah dan sumber air, serta menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan kesehatan masyarakat. Tak jarang warga menyampaikan keluhannya mengenai masalah ini kepada pemerintah daerah, tetapi strategi penanganan sampah yang tidak efektif di Indonesia menjadi masalah utama yang memperburuk situasi penumpukan sampah. Salah satu permasalahan utamanya adalah kurangnya infrastruktur dan teknologi yang memadai untuk mengelola sampah secara efisien. Sebagian besar daerah di Indonesia masih mengandalkan sistem tradisional di mana sampah hanya dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) terbuka tanpa penanganan yang tepat dan hanya 54% kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki TPA sesuai standar.

Dapat kita pahami bahwa bergantung pada sistem pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) akan menimbulkan masalah baru, karena di masa mendatang kita akan terus menghasilkan sampah yang tidak dikelola dengan baik, yang pada akhirnya akan mengakibatkan penumpukan sampah yang semakin besar. 

Strategi dan Solusi Penanganan Sampah 

Baca juga : Hindari Polemik Jelang Pilkada, Bansos Kudu Diatur Ulang

Prinsip 3R menjadi prinsip yang tepat untuk penanganan sampah. Reduce, prinsip untuk mengurangi penggunaan barang terutama yang sekali pakai. Reuse, prinsip untuk menggunakan kembali barang. Dan recycle, prinsip untuk mengelola dan mendaur ulang sampah. Meskipun sering dilakukan edukasi kepada masyarakat dan dilakukan oleh masyarakat sendiri, kenyataannya, dibutuhkan partisipasi semua pihak untuk menerapkan konsep 3R ini secara konkret dalam penanganan sampah guna mengurangi penumpukan sampah yang signifikan. Peran pemerintah dan komunitas masyarakat sangat penting dalam memimpin implementasi 3R secara intensif.

Aplikasi NOMOREWASTE 

Gagasan aplikasi NOMOREWASTE ini menerapkan prinsip 3R (Reduce, reuse, dan recycle) dengan melibatkan seluruh pihak, baik itu stakeholder maupun masyarakat. Gagasan berbasis teknologi ini memiliki tiga tujuan utama:

  1. Mengedukasi masyarakat dalam penerapan prinsip 3R
  2. Mengedukasi masyarakat dalam penyortiran sampah berdasarkan jenisnya.
  3. Mengintegrasi sistem pembuangan dan pengelolaaan sampah secara rutin berdasarkan jenisnya.

Visualisasi dan Alur Realisasi Aplikasi NOMOREWASTE

Gambar 1. Visualisasi Aplikasi NOMOREWASTE

Baca juga : Eks Mensos Banyak Lupa

Untuk mencapai tiga tujuan utama, aplikasi NOMOREWASTE memiliki dua menu utama, yaitu:

1. Edukasi P2D: Penyortiran, Pengomposan, dan Daur Ulang Sampah

Menu ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat melalui artikel dan video yang dibuat oleh komunitas masyarkat, untuk menyortir sampah menjadi tiga jenis sampah berbeda; organik, anorganik, dan B3 (Bahan berbahaya dan beracun). Edukasi ini mengarahkan masyarakat untuk mengompos sampah organik dalam skala kecil agar menjadi pupuk kompos serta mendaur ulang sampah anorganik sampah anorganik dengan kreasi tertentu.

2. Pengangkutan Sampah Terintegrasi Tiap kota

Konsep pengangkutan sampah secara terintegrasi bertujuan untuk menyatukan sistem pembuangan dan pengelolaan sampah secara teratur berdasarkan jenisnya. Pengangkutan sampah ini akan dilakukan secara berkala dengan syarat bahwa sampah sudah dipisahkan sesuai jenisnya. Sampah organik yang belum diolah akan dialihkan ke tempat pengomposan skala besar, sementara sampah anorganik dan beberapa jenis sampah berbahaya akan dialihkan ke fasilitas daur ulang yang tersedia di setiap wilayah.

Rencana ini akan melibatkan kolaborasi dengan pihak pemerintah daerah untuk membentuk sistem terintegrasi yang terstruktur, termasuk jadwal pengangkutan sampah mingguan, adanya penanggung jawab dari pihak pemerintah daerah, tujuan lokasi pembuangan sampah di setiap daerah, serta pembangunan infrastruktur untuk fasilitas daur ulang sampah dan keterlibatan komunitas dalam pengelolaan sampah.

Baca juga : Seleris Jadi Solusi Inovatif Dan Kreatif Bantu Lembaga Keuangan

Aplikasi NOMOREWASTE dengan Sustainable Development Goals

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa pada tahun 2020, produksi total sampah nasional mencapai 67,8 juta ton. Ini berarti setiap harinya, 270 juta penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 185.753 ton sampah, atau sekitar 0,68 kilogram sampah per penduduk per hari. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, diperkirakan produksi sampah juga akan meningkat di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret yang melibatkan semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih minim sampah.

Aplikasi NOMOREWASTE digagaskan sebagai langkah konkret untuk menghadapi masalah ini dengan menerapkan prinsip dasar teknologi hijau yang terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Penerapan prinsip 3R (Reduce, reuse, dan recycle) dalam aplikasi ini mendukung SDGs, terutama SDG ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Teknologi ini membantu mengurangi dampak lingkungan dari proses produksi, mendorong daur ulang dan penggunaan kembali bahan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.

Implementasi teknologi hijau dengan sistem terintegrasi dalam aplikasi NOMOREWASTE juga mendukung SDGs ke-9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur. Dengan mendorong inovasi teknologi ramah lingkungan di sektor industri dan infrastruktur, aplikasi ini berkomitmen untuk menjadi solusi efisien dalam pengelolaan limbah.

Penutup 

Aplikasi NOMOREWASTE merupakan penerapan teknologi hijau yang menerapkan prinsip 3R (Reduce, reuse, dan recycle) sebagai solusi untuk mengelola dan mendaur ulang sampah guna mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir. Dengan fokus utama untuk berkolaborasi dengan semua pihak dalam menciptakan sistem terintegrasi untuk pengelolaan dan daur ulang sampah, aplikasi NOMOREWASTE berkomitmen untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDGs ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta SDGs ke-9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur.

Mazaya Syakira Firmansyah Putri
Mazaya Syakira Firmansyah Putri
Siswa MAN 4 Jakarta

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.