Dark/Light Mode

Amankan Stok Beras Nasional

Bulog Jajaki Kerja Sama Pangan Dengan Kamboja

Sabtu, 15 Juni 2024 07:05 WIB
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi.

RM.id  Rakyat Merdeka - Perum Bulog sedang melakukan penjajakan kerja sama dengan perusahaan pangan di Kamboja. Langkah ini diambil sebagai langkah nyata menjalankan arahan Pemerintah, dengan tujuan untuk memperkuat stok beras di dalam negeri.

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik In­donesia (AEPI) Khudori pun menyambut baik wacana Bulog akan mengakuisisi Perusahaan beras di luar negeri.

“Sebetulnya, sudah lama In­donesia didorong untuk in­vestasi di luar negeri, bukan hanya untuk konteks komoditas beras, tapi juga daging sapi,” ujar Khudori kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Selama ini, langkah serupa telah dilakukan negara-negara besar lainnya. Seperti China yang mengambilalih lahan-lahan di Afrika dan Brazil untuk ko­moditas pangan berupa kedelai.

Termasuk mengkuisisi be­berapa perusahaan peternakan di Australia untuk sapi. Dan lahan di Amerika untuk peternakan babi, karena konsumsinya cukup besar di China.

Baca juga : Retno Lobi Finlandia Segera Akui Palestina

“Hasil produksi dari lahan-lahan yang diakuisisi di luar negaranya, itu khusus dikirim ke China. Seharusnya, Indone­sia juga bisa melakukan hal itu, karena kebutuhan pangan dalam negeri cukup besar,” katanya.

Karenanya ia berharap, upaya Perum Bulog untuk menanam­kan investasinya di Kamboja bisa ditindaklanjuti. Jangan sampai hanya sebatas wacana.

Meski diakuinya, tetap ada sejumlah tantangan yang mung­kin dihadapi Pemerintah dalam melancarkan aksinya tersebut.

Khudori lalu memberikan gambaran, bahwa di Kamboja itu, baik petani maupun tumbuhan yang diurusnya, seperti padi, selalu di-support subsidinya dari Pemerintah. Bahkan, imbuh dia, untuk urusan ekspor pun masih dapat diguyur subsidi.

“Ini yang bisa jadi tantangan, apakah Pemerintah Kamboja rela melepasnya, mau itu produksi beras dari instansi milik negara ataupun milik swasta,” bebernya.

Baca juga : Warga Wijaya Ngeluh Bising Dan Bikin Macet

Sebab, kata dia, ketika peru­sahaan beras tersebut dilepas, maka masyarakat Indonesia juga akan menikmati subsidi yang diberikan Pemerintah Kamboja.

“Nah, makanya ini tergantung skemanya nanti seperti apa. Negosiasinya bagaimana? Yang jelas, Indonesia perlu didorong melakukan investasi di luar negeri karena kebutuhan pangan kita besar, sementara produksi dalam negeri terbatas,” terangnya.

Dengan begitu, Indonesia bisa tidak mengandalkan impor beras lagi. Terlebih, kondisi global yang tak menentu. Mengingatkan saja, beberapa negara me­nahan ekspor demi menjaga ke­tahanan pangan di dalam negeri, sebut saja India.

“Jadi sulit juga mendapatkan stok beras. Lebih baik, investasi langsung, kondisi stok pun ter­jaga,” imbaunya.

Ia menyarankan, langkah seperti ini seharusnya bisa di­dorong juga untuk perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya, yang bergerak di sektor gula.

Baca juga : Italia Vs Albania, Gli Azzurri Ngarep Pertahankan Gelar

“BUMN lainnya juga perlu didorong mengakuisisi perusa­haan di Brazil untuk produksi gula dan bio ethanol. Karena di sana, gula dan bio ethanol-nya berbasis tebu,” katanya.

Terpisah, Direktur Utama Pe­rum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku, pihaknya siap men­jalankan penugasan Pemerintah, seperti yang telah disampaikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Koordinator Bidang Ke­maritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjai­tan, terkait kerja sama ekonomi dan investasi pangan, khususnya perberasan, dengan Kamboja.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.