Dark/Light Mode

Bicara Tentang Energi Terbarukan

Menko Luhut: Potensi Besar, Pemanfaatan Kenapa Masih Minim

Rabu, 20 November 2019 05:46 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (Foto:fb)
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (Foto:fb)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah komitmen mendukung penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Penggunaan EBT penting untuk generasi selanjutnya. 

“Saya tidak akan pernah membuat kebijakan yang mencederai anak cucunya. Energi terbarukan terus dikembangkan,” tegas Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah diskusi di Jakarta, kemarin. 

Luhut melihat, potensi EBT di Indonesia memang sangat besar, namun pemanfaatanya masih minim. Seperti cadangan panas bumi yang tersedia mencapai 17,5 gigawatt (GW), namun pemanfaatan nya baru sebesar 1,95 GW. 

Baca juga : Haluan Negara Dibutuhkan Agar Tak Terjadi Inkonsistensi Pembangunan Jangka Panjang

Ada juga microhydro yang memiliki potensi sebesar 94,3 GW, namun pemanfaatannya hanya sebesar 0,03 GW. Begitu pun dengan potensi bio energi yang mencapai 32,6 GW tapi pemanfaatannya hanya 1,859 GW. 

Melihat minimnya pemanfaatan energi baru terbarukan, dia mengajak generasi muda untuk menelisik masalahnya sekaligus menggali potensinya. 

“Setelah diidentifikasi masa lahnya, tentukan siapa dan berbuat apa. Di era kalian yang akan menikmatinya,” ujarnya. 

Baca juga : Pamitan Sebagai Menaker, Hanif Dhakiri: Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia

Sejauh ini pemerintah memiliki program biodiesel untuk meningkatkan pemenuhan EBT non listrik. Program tersebut, dimulai sejak 2006 dengan mengimplementasikan biodiesel 7,5 persen (B7,5), kemudian pada 2018 ditingkatkan menjadi B20 dan ditargetkan mencapai B50 pada 2020. 

“Setelah B20, nanti per 1 Desember kami akan buat B30, tahun depan kami akan buat B40, lanjut B50, kemudian B100,” jelasnya. 

Jika implementasi program biodiesel tersebut berjalan lancar, maka jumlah produksi kelapa sawit Indonesia dengan penggunaannya di dalam negeri hampir seimbang. Dampaknya, 17,5 juta petani sawit akan menikmati harga sawit yang bagus.“Itu membuat angka k emiskinan kita akan menurun,” ungkapnya. 

Baca juga : Indonesia Kenapa Masih Jual Mahal?

Di sisi lain, Luhut menyatakan Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen.Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah membuat program replanting, rehabilitasi mangrove, dan peat land (lahan gambut). Menurut Luhut, Indonesia memiliki lahan gambut seluas 7,5 juta hektar dengan kondisi baik dengan kedalaman 15-20 meter. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.