Dark/Light Mode

Ini Baru Kebijakan Bener

Kebakaran Hutan dan Lahan Dibahas Saat Musim Hujan

Jumat, 7 Februari 2020 04:45 WIB
Riau waspadai terjadi karhutla jelang musim kemarau.
Riau waspadai terjadi karhutla jelang musim kemarau.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah gerak cepat membahas penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Terutama di wilayah Riau dan Aceh yang mulai masuk musim kemarau. Kebakaran hutan dan lahan yang besar berpotensi terjadi di dua wilayah ini.

Hal itu dikatakan, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead saat acara Pengarahan Presiden tentang Upaya Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta, kemarin. 

“Musim kemarau pada Februari-Maret, masyarakat Aceh dan Riau harus waspada dengan kebakaran hutan dan lahan. Terlebih, dua titik api mulai terlihat,” kata Nazir. 

Sementara di provinsi lainnya, seperti di Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan lainnya, jelas Nizar baru memasuki musim kemarau pada Juni. 

Baca juga : Tiba di Australia, TNI Bantu Redakan Kebakaran Hutan

Nazir meminta pemerintah, masyarakat dan perusahaan bijak memanfaatkan tata ruang untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Tidak hanya itu, lahan terlantar juga harus mulai dikelola dengan baik. 

Karenanya, Nazir mengatakan, diperlukan kerja sama yang baik antara semua pihak terkait. Mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hingga BRG untuk mencegah meluasnya titik api khususnya di lahan gambut. 

Ia pun memohon kerja sama dari pihak perusahaan yang memiliki Hak Pengelolaan Hutan (HPH) untuk turut mencegah muncul dan meluasnya titik api di lahan gambut. Saat ini, ada 3 juta hektar lahan gambut yang kini dikelola perusahaan. “Jadi seluruh perusahaan di lahan gambut itu diwajibkan memadamkan,” kata Nazir.

Sementara Presiden Jokowi mengancam akan mencopot pejabat TNI/Polri jika di daerahnya terjadi karhutla yang terus membesar. 

“Hati-hati pangdam, kapolda, danrem, dandim, hatihati kapolresnya. Tegas saya sampaikan, pasti saya telepon, ke Panglima TNI, ke kapolri. Kalau ada kebakaran di wilayah kecil agak membesar, saya tanya dandimnya sudah dicopot belum,” katanya.

Baca juga : Ini Daftar Barang Yang Tak Boleh Diimpor Dari China

 Hal itu disebutnya bukan sekadar ancaman. Melainkan aturan main sejak 2016 dan berlaku sampai saat ini. “Ini aturan main sejak 2016 dan berlaku sampai sekarang supaya yang baru-baru tahu semuanya. Kalau copot gubernur, bupati, walikota nggak bisa. Bedanya di situ saja,” katanya. 

Menurut Jokowi, kebakaran hutan menjadi kekhawatiran bersama karena sudah terjadi selama puluhan tahun di Tanah Air. 

“Pengalaman saya, 2015 betul-betul sebuah kebakaran besar. Sebagai Presiden yang baru saja dilantik berapa bulan, tahu-tahu dapat perisitiwa itu sehingga kesiapan kita saat itu masih baru melihat lapangannya,” katanya. 

Saat itu, sekitar 2,5 juta hektare lahan di Tanah Air terbakar. Baik lahan gambut dan hutan. “Begitu 2016 kita berkumpul, baru 2017 turun ini terkecil menjadi 150.000 hektare yang terbakar dari sebelumnya 2,5 juta hektare,” katanya. 

Sayangnya pada 2018 luasan lahan terbakar meningkat menjadi 590.000 hektare. “Ini ada apa? Sudah bagusbagus 150 kok naik lagi. Tahun 2019 naik lagi jadi 1,5 juta ini apa lagi, apa kurang yang dicopot? Apa kurang persiapan? Kita tidak ingin seperti kebakaran di Rusia,” ucapnya. 

Baca juga : Pengeringan Banjir Di Underpass Kemayoran Paling Lama Dua Hari

Kebakaran lahan di Rusia dilaporkan mencapai 10 juta hektare, Brazil 4,5 juta, Bolivia 1,8 juta, Kanada 1,8 juta, dan terakhir kebakaran besar terjadi di Australia yang berdasarkan informasi terbaru mencapai luasan 11 juta hektare. 

Bahkan disebutkan ada 500 juta satwa yang mati karena kabakaran di Australia sehingga negara itu kehilangan plasma nutfah baik flora maupun fauna. “Yang kita tidak mau, kekayaan yang tak bisa dihitung dengan nilai uang,” tegas Jokowi. 

Dia pun berpesan agar kebakaran jangan sampai meluas hingga kemudian memerlukan air sampai berjuta-juta ton dan tidak menyelesaikan masalah dengan segera. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.