Dark/Light Mode

Sektor Pertanian Dipercaya Mampu Stabilkan Ekonomi di Tengah Wabah Covid-19

Rabu, 8 April 2020 15:58 WIB
Seorang petani mengecek padi siap panen (Foto: Dok, Kementan)
Seorang petani mengecek padi siap panen (Foto: Dok, Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom dari UIN Jakarta, Pheni Chalid, memandang bahwa pertanian sebagai sektor kunci untuk menstabilkan ekonomi negara, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menurut dia, sektor pertanian selama ini terbukti mampu bertahan dalam situasi apa pun, termasuk krisis moneter dan defisit perdagangan.

"Sektor pertanian tahan terhadap goncangan ekonomi. Maksudnya, sektor ini hampir tidak dipengaruhi krisis moneter termasuk krisis defisit perdagangan yang selalu rentan terjadi di negara berkembang," ujar Pheni, Rabu (8/4).

Baca juga : Soal Mudik Lebaran, Pemerintah Jangan Disandera Persoalan Ekonomi Jangka Pendek

Pheni mengatakan, sektor pertanian memiliki banyak keuntungan. Karena merupakan sektor riil dengan komoditi yang sangat kongkret. Sektor pertanian mampu berkembang baik di tengah krisis karena bukan hasil perhitungan spekulasi.

"Belajar dari krisis moneter 1998, harga komoditi pertanaian meningkat sangat tinggi. Apalagi kalau hasil pertanaian di ekspor, harganya akan berlipat. Goncangan krisis 1998 tidak menimbulkan kepanikan di kalangan rakyat atau petani. Padahal, nilai tukar dolar AS saat itu melonjak berkali-kali lipat," terangnya.

Baca juga : Wanti-wanti Demokrat: Stimulus Ekonomi Jangan Korbankan Korporasi

Pheni menegaskan, sektor pertanian sama sekali tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi moneter. Satu-satunya spekulasi hasil pertanian hanya dilakukan para tengkulak. "Misalnya tebu, padi, jagung dan produk pertanian lainnya saya yakin tidak akan terlalu sensitif terhadap fluktuasi fiskal apalagi spekulasi moneter. Aneka produk agraris itu hanya sensitif terhadap impor komoditi," katanya.

Pheni berkeyakinan bahwa selama Indonesia mempertahankan produksi pertanian secara berkemajuan, goncangan fiskal dan krisis moneter tidak akan berdampak besar terhadap kelangsungan produksi pertanian. "Malahan sebaliknya, sebagaimana yang terjadi di masa krisi moneter tahun 97-98, para petani akan memetik keuntungan berlipat pada masa krisis karena harga komoditi meambung bersamaan dengan meningkatnya harga dollar," tutupnya. [BYU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.