Dark/Light Mode

Luhut Di Rapat Banggar DPR

Suka Tidak Suka, China Kontrol Ekonomi Dunia

Selasa, 23 Juni 2020 07:36 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan
Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengakui, hubungan Indonesia dengan China sering dinyinyirin, bahkan mengundang protes terkait investasi dan tenaga kerja asal Negeri Tirai Bambu ini

Padahal, kata Luhut, salah satu strategi pemerintah untuk menjaga perekonomian adalah memelihara hubungan dengan negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat dan Timur Tengah. 

Luhut mengatakan, di era Presiden Jokowi, hubungan Indonesia dengan tiga kekuatan global tersebut cukup baik. 

“Kadang kita nyinyir lihat China. Tapi China itu 18 persen mengontrol ekonomi dunia. Suka tidak suka, kita tidak bisa ignore keberadaan dia. Ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia,” kata Luhut saat rapat dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, kemarin. 

Luhut mengungkapkan, kerja sama dengan China di bidang investasi terus meningkat. 

Baca juga : Akhirnya Dapat Bantuan Sosial, Penghuni Kolong Tol Ngaku Terharu

Menurutnya, negara itu mematuhi lima kriteria yang diberikan untuk masuk ke Indonesia. 

“Satu, dia harus bawa teknologi. Dua, dia harus teknologi transfer. Tiga, dia harus added value. Keempat, harus melakukan business to business atau b to b dari tiap itu, dan kelima harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin,” ungkapnya. 

Sementara untuk tenaga kerja, Luhut menilai, tidak punya engineer yang cukup dalam teknologi. Jadi, perlu membangun sumber daya manusia untuk menyongsong masuknya investasi. 

“Kita siapkan buat politeknik sehingga sekarang ada tiga politeknik di Indonesia Timur,” ujarnya. 

Bukan hanya China, dua negara lainnya yaitu Amerika Serikat dan Timur Tengan punya andil besar untuk kembali mendorong ekonomi Indonesia setelah dihantam Covid-19. 

Baca juga : CIPS Ingatkan Perusahaan Teknologi Harus Transparan!

“Sekarang di zaman Presiden Jokowi saya kira hubungan kita dengan tiga ini (China, UEA, AS) saya boleh katakan sangat baik. dengan Abu Dhabi saya pikir baru pertama kali ada investasi yang masuk hampir 20 miliar dolar AS sepanjang sejarah Republik ini. Dan itu semua on going,” tegasnya. 

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakn, kalau melihat gaya investasi China di Indonesia, contohnya investasi nikel di Morowali yang tidak mengindahkan kualitas lingkungan hidup, kualitas perlakuan terhadap pekerjanya dan mengabaikan keselamatan pekerjaan yang di bawah standar, jelas meresahkan. 

Kemudian yang dijanjikan China seperti transfer skill dan knowledge, lanjut Bhima, itu tidak terjadi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpuasan di masyarakat khususnya yang berada di daerah-daerah yang menjadi tempat investasi China. 

“Makanya, kita harus bisa membedakan mana pencuri mana penginvestasi yang berkualitas,” ujarnya. 

Apalagi, kata Bhima, wabah Covid-19 ini sudah pasti akan menggangu realisasi investasi China. 

Baca juga : BI Paparin Kondisi Ekonomi, Ini Isinya

Karena pemilik modal yang ingin meninjau proyek di Indonesia terhambat oleh beberapa prosedur kesehatan di bandara. “Pastinya deal investasi akan tertunda,” katanya. 

Data BKPM mencatat, realisasi investasi China ke Indonesia di 2019 naik 100 persen, yaitu mencapai 4,7 miliar dolar AS, atau setara Rp 70 triliun dengan kurs Rp 15.000. Sebelumnya selama 2018, realisasi investasi dari China hanya 2,4 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 35 triliun. [KPJ]


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.