Dark/Light Mode

Fauzi Ichsan Bicara Resep Tangkal Resesi

Putar Uang dan Jangan PHK

Jumat, 17 Juli 2020 06:30 WIB
Ekonom Senior Fauzi Ichsan di acara Ngopi Pagi yang disiarkan secara virtual oleh Rakyat Merdeka, Kamis (16/7). (Foto: Istimewa)
Ekonom Senior Fauzi Ichsan di acara Ngopi Pagi yang disiarkan secara virtual oleh Rakyat Merdeka, Kamis (16/7). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Wartawati senior Rakyat Merdeka Ratna Susilowati lalu mempertanyakan keampuhan resep yang saat ini dipakai Indonesia. “Menurut pandangan Pak Ihsan, negara kita ini sudah mengeluarkan resep jitunya belum? Ketahanan ekonomi kita ini bisa kuat nggak?” tanya Ratna, dengan ikut menyinggung berita halaman 1 Rakyat Merdeka yang berjudul: Ayo Cepat Cetak Uang. Ekonomi Mati Suri, Rakyat Tak Boleh Lapar.

Dalam kondisi seperti ini, Fauzi menyarankan, pemerintah harus meningkatkan belanjanya dengan memastikan masyarakat terdukung dengan social safety net atau jaring pengaman sosial baik untuk masyarakat miskin maupun para pekerja yang terkena PHK.

Pertama adalah memastikan kualitas APBN bagus. Kedua, anggaran harus dicairkan secepat mungkin. Karena, anggaran bisa saja disiapkan dengan defisit yang lebih lebar. “Tetapi kalau uangnya tetap diparkir di bank sentral, maka dampaknya ke masyarakat juga minim,” kritiknya.

Baca juga : Hemaviton Berikan Donasi ke RS Bhayangkara di Surabaya dan Bandung

Ia mencontohkan masih rendahnya pencairan dana APBN di Mei. Di bawah 30 persen dari anggaran. Ia menyayangkan, masih minimnya penyerapan anggaran tersebut. Sebab, kondisi saat ini bukan bussiness as usual.

Wartawan senior Budi Rahman Hakim mempertanyakan resep-resep ekonomi nakal yang belakangan marak. Antara lain printing money atau cetak uang dan gagasan bunga bank 0 persen, agar para konglomerat tidak beternak uang di bank, baik dalam bentuk deposito maupun lainnya.

Soal cetak uang, di beberapa negara tidak lagi hanya untuk membeli surat utang negara, menambal defisit APBN, tapi juga untuk membeli obligasi yang diterbitkan korporasi.

Baca juga : Anies, Ganjar dan Emil Tenggelamkan Prabowo

Namun, soal bunga bank 0 persen yang saat ini mulai diterapkan oleh Bank Sentral Jepang maupun Eropa, masih riskan untuk diterapkan di Indonesia. Sebab, inflasi di Indonesia masih di kisaran 2 sampai 3 persen. Selain itu, pemangkasan suku bunga secara tajam juga akan mengurangi daya tarik rupiah di mata investor.

Sekarang, lanjut dia, suku bunga acuan Bank Indonesia berada di kisaran 4,25 persen. Sementara Bank Sentral Amerika Serikat: 0,25 persen. Selisih 4 persen suku bunga ini menjadi daya tarik investor global untuk masuk ke Indonesia. Setidaknya, untuk membuat kurs rupiah lebih stabil.

Sebelum ditutup, Kiki mempertanyakan peran apa yang bisa diambil oleh orang-orang berduit atau konglomerat untuk membantu pemerintah menopang ekonomi masyarakat di lapisan bawah.

Baca juga : Ade Armando Kesenggol Kasus Minang dan Kadrun 

Dengan tangkas, Fauzi menjawab: Jangan PHK. “Ini langsung dampaknya. Jika sudah terjadi PHK massal, ini berat sekali untuk menyerap tenaga kerja sewaktu ekonomi mulai pulih karena perusahaan-perusahaan merasakan dampak yang berbeda-beda,” jelasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.