Dark/Light Mode

Manfaatkan Platform Digital

Insurtech Diharap Mampu Dongkrak Penetrasi Asuransi

Kamis, 30 Juli 2020 14:54 WIB
Manfaatkan Platform Digital Insurtech Diharap Mampu Dongkrak Penetrasi Asuransi

RM.id  Rakyat Merdeka -
Penetrasi industri asuransi di Indonesia dinilai masih rendah, baru sekitar 6-7 persen. Dari jumlah sebanyak itu, penduduk yang memiliki asuransi baru mencapai 1,7 persen. Era digitalisasi saat ini diharap mampu mendorong penetrasi asuransi.

Salah satu upaya yang didukung adalah melalui kehadiran insurtech yang fokus menawarkan produk dan layanan asuransi yang bisa diakses dengan platform digital. Insurtech yang kita kenal umumnya adalah seperti pemasaran asuransi melalui platform digital. 

Menurut Deputy Komisioner Pengawasan IKNB II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) M Ihsanuddin, digitalisasi di era sekarang ini adalah sebuah keniscayaan. Penerapan teknologi membawa model bisnis baru yang menguntungkan bagi perusahaan dan juga nasabah. 

"Digitalisasi ini mendukung kemudahan dan kecepatan yang menjadi gaya hidup yang dipilih para milennial," imbuhnya dalam diskusi webinar InfobankTalkNews Media Discussion bertajuk Peluang dan Tantangan Asuransi di Era Digital, Kamis (30/7).
 
Ia menegaskan, penerapan teknologi digital di asuransi lebih jauh diharapkan dapat mendorong penetrasi asuransi di Indonesia yang masih relatif rendah. Melalui produk-produk asuransi yang lebih simpel, dan klaim yang bisa dilakukan secara digital, diharapkan dapat menepis kesan bahwa asuransi rumit dan sulit diklaim. 

Baca juga : BNI Dukung KKP Sinergikan Nelayan dan Pelaku Usaha

Karena kemudahannya itulah, jalur distribusi ini dirasa sangat tepat untuk mendorong penetrasi asuransi. Keuntungan lainnya, adalah insurtech dapat meminimalkan biaya asuransi sehingga lebih efisien. Pemasaran asuransi secara digital juga lebih efektif dalam proses bisnis asuransi. 

"Literasi asuransi  pertumbuhannya masih lambat, serta densitas dan penetrasi juga masih rendah. Untuk IKNB, yang tumbuh cukup pesat adalah pegadaian dan fintech," imbuhnya.

Ia mengatakan, di tengah kondisi ekonomi yang saat ini mengalami kontraksi memang agak sulit untuk memasarkan asuransi. “Selama ekonomi belum  membaik, atau income masyaraat belum pulih, dan industri asurasi belum sehat, tidak mudah memasarkan asuransi. Apalagi dengan model bukan face to face," katanya.

Senada, Chairman Infobank Institute Eko B Supriyanto, mengatakan, insurtech untuk saat ini baru sebatas potensi, namun memiliki potensi yang sangat besar. "Asuransi akan baik kalau ekonominya baik, namun ekonomi sendiri saat ini masih terkontraksi," imbuhnya.

Baca juga : Ratusan Kreditor KSP Indosurya Mulai Urus Pengembalian Dana

Ia menegaskan, asuransi saat ini masih dibayangi risiko reputasi akibat gagal bayar yang terjadi di beberapa asuransi. Karena itu, tambahnya, harapannya OJK dapat mengatur lebih prudent industri asuransi ini dengan pendekatan risk.

“Saya harap OJK sudah mulai membuat beberapa aturan, bukan mengetatkan tetapi memang asuransi harus diatur lebih ketat dan lebih jelas. Karena asuransi juga menjaring dana masyarakat,” jelasnya.

Director & Chief of Partnership Distribution Officer PT Asuransi Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo menuturkan, bisnis digital diakui membantu asuransi untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. 

Menurut dia, pesatnya perkembangan pada sistem pembayaran akan diikuti pula oleh asuransi. “Mungkin Perjalanan asuransi akan mengikuti jejak payment ini, hanya start poinnya saja yang berbeda," terangnya.

Baca juga : Ektrak Buah Merah Diklaim Ampuh Obati Pasien Corona

Jika mau berkembang lebih cepat, maka asuransi harus memasukkan ekosistem digital. Di asuransi umum sudah berjalan, menempelkan asuransi perjalanan ke platform perjalanan.  "Allianz juga sudah memulai menerapkan ini dengan bekerja sama dengan bukalapak misalnya, untuk menawarkan asuransi kesehatan dan jiwa," katanya.

Indonesia sebagai negara dengan pengguna internet yang besar dan sangat aktif terutama oleh para kaum milenial, insurtech menjadi solusi dalam mendorong penetrasi dan pertumbuhan asuransi di Indonesia. 

Berdasarkan data OJK, jumlah aset asuransi sampai dengan Mei 2020 mencapai Rp 1.313 triliun, tumbuh 1,43 persen secara year on year. Pangsanya mencapai 53,02 persen dari total aset IKNB yang mencapai Rp 2.476 triliun. [DWI]
 

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.