Dark/Light Mode

Dongkrak Ekonomi

Jokowi Masih Yakin Daya Beli Jadi Kunci

Minggu, 23 Agustus 2020 06:54 WIB
Presiden Joko Widodo. (Istimewa)
Presiden Joko Widodo. (Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi dalam pidato Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.

Proyeksi ini berbanding terbalik dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2020 yang diperkirakan berada di kisaran minus 1,1 persen hingga 0,2 persen. Presiden optimis ekonomi tahun depan dapat tumbuh positif dan naik signifikan dibandingkan tahun ini, karena akan didorong oleh peningkatan konsumsi yang bakal membaik.

“Tingkat pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh peningkatan konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama,” kata Jokowi di Jakarta.

Menurut Jokowi, bantuan sosial maupun insentif bagi dunia usaha yang gencar digelontorkan pemerintah saat ini bakal mendorong lagi daya beli masyarakat yang sebelumnya mengalami perlambatan akibat penutupan tempat usaha selama Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di kuartal kedua lalu.

Baca juga : Pemkab Taput Bangun Sentra Budidaya Bibit Kemenyan

‘Kita harapkan stimulusstimulus ini mendorong daya beli. Konsumsi domestik kita juga akan naik,” kata Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga berharap, inflasi sepanjang tahun 2021 akan tetap terjaga pada tingkat 3 persen, untuk mendukung daya beli masyarakat.

Namun begitu, Presiden sadar kalau ketidakpastian global maupun domestik masih akan terjadi tahun depan. “Karenanya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan terus dilanjutkan bersamaan dengan reformasi di berbagai bidang,” papar Jokowi.

Dia menambahkan, kebijakan APBN 2021 pastinya akan mengantisipasi ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia, volatilitas harga komoditas, serta perkembangan tatanan sosial ekonomi dan geopolitik, termasuk efektivitas pemulihan ekonomi nasional, serta kondisi dan stabilitas sektor keuangan.

Walau perekonomian nasional tahun depan diprediksi akan lebih baik dari tahun ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menilai, Indonesia mesti tetap waspada.

Baca juga : Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Korni: Katrol Daya Beli Masyarakat

Pasalnya, pada kuartal II-2020 yang lalu, kontraksi perekonomian lebih dalam dibandingkan dengan proyeksi pemerintah. Dikhawatirkan, dampaknya akan terjadi dalam jangka yang lebih panjang.

Pada kuartal II-2020, kinerja perekonomian RI mengalami kontraksi alias minus 5,32 persen. Jika kuartal III-2020 kembali minus, maka Indonesia akan bergabung dengan negara lain yang telah masuk ke jurang resesi.

“Melihat tekanan kuartal II yang sangat dalam, kuartal III harus diusahakan tidak hanya dari pemerintah namun dari pelaku usaha hingga seluruh lapisan masyarakat. Meski, pemerintah pemegang peran besar dalam pemulihan ekonomi ini,” tegas Sri Mulyani.

Sebelumnya, wanita yang akrab disapa Ani itu juga telah memangkas target pertumbuhan ekonomi 2020. Dari semula minus 0,4 persen sampai 1 persen, kini menjadi minus 1,1 persen sampai 0,2 persen yang semakin mendekati nol persen.

Baca juga : Angkasa Pura I Rampungkan Pembangunan Bandara Tiap Tahun

“Untuk mencapai pertumbuhan sebelum pandemi (di kisaran 5 persen) hal itu cukup sulit. Saat ini, pemerintah terus berupaya agar pertumbuhan ekonomi kuartal IV bisa positif setelah kontraksi di kuartal II dan berpotensi tetap negatif di kuartal III-2020,” tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.