Dark/Light Mode

Produksi CPO Tinggi

Petani Sawit Minta Target EBT Diperbesar

Senin, 1 Februari 2021 11:21 WIB
Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung. (Foto: ist)
Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menilai target Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 25 persen pada 2025 masih kecil. Padahal bahan baku untuk EBT yang salah satunya dari Crude Palm Oil (CPO) sangat besar.

Begitu kata Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung kepada Rakyat Merdeka, Senin (1/2).

Menurut Gulat, produksi CPO tahun lalu mencapai 53 juta ton dan tahun ini diperkirakan akan naik 3-5 persen. Belum lagi sawit rakyat saat ini sudah berangsur membaik dengan produktivitas dua kali lipat dari sebelum replanting melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang digagas oleh Presiden Jokowi.

Baca juga : Tekan Stunting Bukan Target Enteng, Harus Kerja Serius...

Saat ini, petani sawit yang terlibat PSR, sudah masuk ke generasi kedua yang artinya Petani akan penuh kreativitas dan tidak terbendung keinginan untuk setara. Penggantian tanaman tua sangat membantu mendongkrak produksi sawit petani. Perlu dicatat, 200 ribu ha PSR dari 500 rb ha di 2022 akan berproduksi dan menjadi blunder jika tidak ditata penampungan TBS-nya sejak dini.

"Sebab dengan PSR, kami menanam pakai benih unggul dan sudah mampu menerapkan Best Management Practices (BMP) dan Good Agricultural Practices (GAP)," ujarnya.

Nah program PSR tadi, kata Gulat, harus diikuti oleh penyerapan domestik. Jika tidak malah akan jadi masalah karena terjadi over suply. Jika ini terjadi, maka akan sia-sialah program PSR, padahal Presiden Jokowi melalui Kementerian Pertanian dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sudah bekerja keras mensukseskannya.

Baca juga : Trump Tinggalkan Surat Untuk Joe Biden

"Setelah replanting, produksi sawit petani akan meningkat minimum 2-3 kali lipat. Dari yang tadinya 600-800 kg per bulan, bisa menjadi 3 ton-4 ton per bulan. Kalau tidak disertai dengan dukungan green energy akan sangat berdampak pada petani sawit,” ujarnya.

Karena Itulah, dia mengajak, petani sawit sejak dini ikut dalam rantai pasok EBT itu. Sehingga jika terjadi over suply CPO, petani tidak tergantung lagi kepada pabrik kelapa sawit, namun sudah bisa sebagai pemasok bahan baku EBT dan produk turunan CPO lainnya.

Untuk itu, kata Gulat, kuncinya ada pada paduserasi semua lini, khususnya ekonomi, sosial dan lingkungan. Soal teknis lain, Indonesia sudah punya semua. Sudah ada katalis merah putih sebagai program strategis pemeringah, karya anak bangsa yang bisa membikin green solar, bensin bahkan avtur. 

Baca juga : Positivity Rate Kian Tinggi, PPKM Jawa Bali Diperpanjang Dua Minggu

“Bahan baku kita jelas, kita menanam dan memanen, bukan hanya memanen (seperti minyak fosil), filosopi dan roh dari EBT itu adalah menanam dan memanen yang dampaknya jelas dan multiplier efeknya juga jelas," tukas Gulat. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.