Dark/Light Mode

Intip Bukit Limbah PT PPLi: Rimbun, Bisa Jadi Arena Golf

Sabtu, 8 Mei 2021 21:23 WIB
Area pengolahan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) milik PT Prasadha Pamunah Limbang Industri (PPLi) di kawasan Desa Nambo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Boy Sakti Hapsoro/Rakyat Merdeka)
Area pengolahan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) milik PT Prasadha Pamunah Limbang Industri (PPLi) di kawasan Desa Nambo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Boy Sakti Hapsoro/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebuah eskavator nangkring di puncak bukit area pengolahan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) milik PT Prasadha Pamunah Limbang Industri (PPLi) di kawasan Desa Nambo, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Perlahan tapi pasti, belalainya menuang dan menekan limbah akhir hingga rapih dan padat. “Ini adalah landfill, bukit limbah,” ujar Senior Engineering, PT. PPLi, Muhammad Yusuf Firdaus, kepada RM.id, di area pengolahan limbah bahan berbahaya beracun (B3), dan limbah non-B3, yang dikelola PT PPLi.

Eskavator tersebut menaruh limbah padat akhir yang dikelola perusahaan. Limbah berbahaya ini diklaim aman terhadap lingkungan, karena sudah dipastikan stabil secara fisik maupun kimiawi. Setelah distabilkan, limbah disimpan dengan aman ke dalam lahan timbus.

Dijelaskan, tidak sembarangan bagi PPLi untuk menimbun limbah. Syaratnya, di dataran tinggi, dari ketinggian itu limbah dikubur di kedalaman 10 meter. Tanahnya kedap.

Baca juga : Mantap Nih! PLN Sulap Limbah Batu Bara Jadi Bahan Bangunan

Di bukit, harus sudah dinyatakan tidak ada aliran air. Pun harus terlindung dari air hujan. Sontak, pelindung sejenis terpal membentang melindungi limbah yang dikubur. Bermacam-macam limbah. Ada dari perusahaan minyak dan gas, pertambangan, elektronik, kimia, medis, dan lainnya.

Semua diolah dan dipadatkan menjadi sebuah bukit. Hebatnya, di lokasi saya berdiri tempat memandang bukit sampah itu tidak berbau. Meski begitu, tetap harus menggunakan pakaian safety seperti sepatu, rompi, helm, hingga masker.

Nah, setelah limbah ditimbun dan dilindungi, nantinya tanah itu bisa ditanami. “Di sebelah kita ini juga landfill,” sebut Yusuf.

Sontak saya terkejut, bukit itu terlihat tidak berbeda dengan umumnya. Rimbun, penuh dengan rumput dan pepohonan. Di bukit sampah tempat saya berdiri, sudah tertimbun limbah sejak restorasi di tahun 2003. Alias, sudah berusia 18 tahun.

Baca juga : Marquez Belum Pulih, Espargaro Jadi Andalan

Diceritakan, perlu waktu dua tahun untuk satu spot atau bagian sebuah bukit untuk bisa ditumbuhi tanaman. Satu bukit, bisa memiliki belasan bahkan puluhan spot. Meskipun sudah menjadi bukit, ini tetap dipantau bahkan sampai 30 tahun ketika perusahaan ini sudah tidak berproduksi.

Spot bukit limbah ini menurutnya sangat aman. Sudah terbangun 34 landfill di atas area seluas 63 hektar. Yusuf berkelakar, bukit hijau nan rimbun ini masih bisa dimanfaatkan. Riskan untuk mendirikan bangunan, tetapi bisa menjadi arena golf.

Jika melihat kultur dan liuk perbukitan memang terlihat menantang untuk dijadikan arena golf. Lokasi di perbukitan membuat tidak biasa dan bisa saja dijadikan spot untuk kompetisi golf tingkat internasional. “Di Amerika juga dijadikan taman atau arena golf,” katanya.

Sepengetahuan Yusuf, belum ada spot aman penimbunan limbah dijadikan tempat pemukiman. Sempat di suatu negara itu terjadi longsor dan warganya ada yang terindikasi kanker karena ternyata pemukiman berdiri di atas spot penimbunan limbah.

Baca juga : Ridho Rhoma Ditangkap Polisi di Apartemen Jaksel

Dijelaskan, keberadaan perusahaan sejenis PPLi dengan pemberi jasa pengelolaan limbah berbahaya ini hanya ada satu seluruh Indonesia. Sehingga, limbah yang diterima ini membentang dari Aceh hingga Papua.

Selama proses pengiriman, perusahaan turut andil demi mencegah kebocoran. Yusuf bercerita, sebenarnya aka nada empat titik pembangunan pengelolaan limbah B3 di Indonesia. Selain di Jawa Barat, rencananya ada di Jawa Timur, Riau, dan Kalimantan.

Ini adalah ide yang tercetus di era kepemimpinan Presiden Soeharto, tetapi keburu lengser. “Di sini kan dulu yang kelola Bimantara,” bisiknya.

Baginya, keberadaan pengelolaan limbah B3 itu sangat penting, demi masa depan lingkungan. Pasalnya, PPLi saja dalam satu hari bisa menerima dan mengolah hingga 300 Ton limbah. Bayangkan, jika limbah sebanyak itu tidak dikelola dengan baik. [BSH]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.