Dark/Light Mode

SUNARSO, Direktur Utama PT Pegadaian (Persero)

The Gade, Trik Pegadaian Bidik Kaum Milenial

Jumat, 7 Desember 2018 11:19 WIB
Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Sunarso, jadi barista di The Gade Cafe, inovasi baru Pegadaian yang menjangkau kaum milenial.
Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Sunarso, jadi barista di The Gade Cafe, inovasi baru Pegadaian yang menjangkau kaum milenial.

RM.id  Rakyat Merdeka - Di era ekonomi digital seperti sekarang ini, transformasi menjadi suatu keharusan bagi entitas bisnis, bila tak ingin tergilas di tengah persaingan. Hal ini disadari betul oleh Direktur Utama PT Pegadaian (Persero), Sunarso. Setahun memimpin BUMN berlambang tiga lingkaran dan timbangan, peraih The Best CEO Transformative Leader ini bekerja keras mewujudkan transformasi Pegadaian khususnya di area digital dan kultural. Sunarso ingin, di masa depan Pegadaian is not just a pawnshop, but a fully financial company. Seperti apa langkah yang sudah dilakukan Sunarso? Simak bincang santainya dengan wartawan Rakyat Merdeka, Firsty Hestyarini dan Sri Nurganingsih, serta fotografer Dwi Pambudo di Kantor Pusat Pegadaian, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Bagaimana tren pertumbuhan bisnis pegadaian saat ini, dan bagaimana prediksi ke depannya?

Dari laporan keuangan lima tahun terakhir, pembiayaan kredit yang disalurkan Pegadaian secara tahunan tumbuh 9,8 %. Aset kita tumbuh tahunan 10,9%. Laba bersih tumbuh 11,5%. Saya bisa simpulkan, kondisi keuangan Pegadaian dalam lima tahun terakhir, tumbuh secara sustainable dengan rasio-rasio keuangan yang sangat sehat.

Tingkat DER baru 1,7 kali, ini masih jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan 10 kali, sehingga masih bisa di-leverage untuk Pegadaian bisa tumbuh 3-4x lagi tanpa harus menambah modal. Selain itu, kami juga profitable karena ROE 13,9% masih di atas rata-rata industri multifinance sebesar 13,7%.

Saat ini, ada banyak perusahaan gadai yang terdaftar dan memiliki izin di OJK, bagaimana Pegadaian menyikapi hal itu? Apa yang sudah dilakukan?

Dalam hal ini, kita menghadapi dua risiko. Yang pertama, regulatory risk. Karena persaingan sudah dibuka seluas-luasnya, dalam arti bisnis gadai tidak lagi dimonopoli oleh Pegadaian, maka kita harus mampu meningkatkan daya saing. Kedua, strategic risk. Karena lingkungan bisnisnya berubah, maka kita harus berubah juga secara strategi. Kedua tantangan ini harus direspon melalui restrategizing. Dalam rangka restrategizing itulah, Pegadaian melakukan transformasi.

Seperti apa tahapan transformasi di Pegadaian?

Saya sudah setahun bergabung dengan Pegadaian. Saya lihat dari laporan keuangannya, kondisi Pegadaian amat sangat bagus. Ini saya sampaikan kepada seluruh karyawan. Tapi, kondisi itu jangan membuat kita terjebak dalam zona nyaman. Karena, di luar sana sedang terjadi perubahan besar-besaran.

Maka kemudian saya tawarkan kepada teman-teman Pegadaian di seluruh Indonesia, apakah kita butuh transformasi? Mereka menjawab, butuh. Lalu, saya tegaskan, transformasi itu sulit, berisiko, dan bisa pahit hasilnya. Datanya, dari 10 organisasi yang melakukan transformasi, hanya 3 yang sukses. Apakah teman-teman sanggup menjalankan transformasi yang sulit dan berisiko itu? Teman-teman menjawab,”sanggup”. Maka, marilah kita bertransformasi.

Apa yang harus dipenuhi, agar transformasi yang dijalankan, tidak menemui kegagalan?

Baca juga : Bank Himbara Solid & Kuat, Tak Mau Bersaing Face To Face

Transformasi itu akan sukses, apabila setidaknya ada 4 hal dipenuhi. Pertama, harus jelas obyek yang akan ditransformasi. Kedua, harus ada pemimpin yang menggerakkan. Ketiga, seluruh karyawan harus menghendaki (buying in). Keempat, transformasi harus menjadi mekanisme sistem.

Sehingga, semuanya bergerak rely on system. Bukan rely on sinten (bahasa Jawa, sinten = siapa, red). Karena kalau sinten-nya pergi, transformasi berhenti. Agar bisa menjadi sistem, maka seluruh ide-ide transformasi dan inisiative strategic-nya harus ditulis dalam blueprint transformasi yang telah kami susun.

Bagaimana membuat blueprint yang baik, agar transformasi bisa berjalan sesuai harapan?

Dalam penyusunan blueprint, kami menggunakan metodologi 4D (Discover, Dream, Design, dan Deliver). Di tahapan discover, kami melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk memetakan potensi yang kami miliki. Di tahapan dream, kami tentukan visi untuk 5 tahun ke depan. Kami ingin menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia dan sebagai agen inklusi keuangan pilihan utama masyarakat Indonesia.

Untuk mencapai itu, kita masuk ke tahapan berikutnya, design. Kita harus mendesain struktur organisasi, proses bisnis baru, inovasi bisnis, dan perilaku kolektif yang efektif untuk mencapai tujuan (culture). Setelah itu, kita masuk ke tahapan deliver atau implementasi.

Strategi besar tanpa implementasi, hasilnya nol. Sedangkan implementasi tanpa strategi, hanya akan membuat kita tersesat. Karena itu, penting bagi kita untuk menyetimbangkan porsi strategic dan porsi implementasi. Kita harus bisa memastikan organisasi bahwa setiap initiative strategic bisa dieksekusi, dimonitor dan dievaluasi.

Apa strategi yang diterapkan Pegadaian, untuk mencapai visi menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia?

Kami sudah menetapkan strategi G-5tar (Grow Core, Grab New, Groom Talent, Generation Z Technology, dan Great Culture). Dalam grow core, Pegadaian tetap fokus mengembangkan bisnis gadai. Namun, itu saja tidak cukup. Kami juga harus mengembangkan bisnis baru dalam strategi grab new business opportunity (pinjaman mikro, digital lending, dan fee based income melalui transaksi atau pembayaran).

Untuk itu, kami harus diperkuat dengan the best talent yang kita peroleh dari Grooming Talent (inisiatif SDM). Itu pun tidak cukup kalau kita tidak membekali mereka dengan kemampuan digital dan IT (Generation Z technology). Empat strategi itu harus berdiri kokoh di atas kultur yang luar biasa (Great Culture). Dengan demikian bisa disimpulkan, sesungguhnya transformasi Pegadaian hanya ada di dua area saja, yaitu digital dan kultural.

Bagaimana cara menjalankan strategi itu? Apakah ada tahapan-tahapannya?

Baca juga : Kementerian Pertanian & BNI Gerakan 25.000 Petani

Strategi G-5tar kami petakan dalam 3 tahapan. Periode 2018-2019, kami ada di tahap Digitize (digitalisasi). Di sini, kami berupaya menjadi perusahaan fully financial services berbasis digital. Periode 2020-2021, tahap Diversify (diversifikasi). Pada tahap ini, kami membangun skala bisnis pembiayaan digital dan akses pada pasar modal. Periode 2022-2023, tahap Dominate (mendominasi). Dalam tahap ini, kami diharapkan sudah mampu menjadi The Most Valuable Financial Company dan sebagai agen inklusi keuangan pilihan masyarakat.

Bagaimana Pegadaian bisa meyakini bahwa transformasi yang dijalankan sudah berada di jalur yang benar?

Agar tim percaya diri transformasinya berjalan on the track, diperlukan quick win, small success, dan small evidence. Sebagai quick win, kami ingin mengirim sinyal kepada publik bahwa Pegadaian sedang bertransformasi. Untuk itu, kami mengembangkan outlet dan jaringan dengan mendirikan The Gade Café Coffee & Gold yang merupakan perpaduan dari kafe, kantor cabang Pegadaian, dan co-working space.

Quick win yang kedua, adalah membuat nama The Gade sebagai nickname Pegadaian supaya lebih terkesan milenial. The Gade ini kemudian akan disingkat G. Misalnya anak usaha kita yang jualan emas itu kan namanya PT Pegadaian Galeri 24, itu kita branding dengan singkatan G menjadi G-24. Produk-produk kita juga mungkin nanti akan kami buat diawali dengan G dan budaya perusahaan yang baru pun kita sebut dengan G-Values.

Anda yakin The Gade Café bisa mengoptimalkan kinerja perseroan?

Ini adalah upaya kami menjembatani generasi, agar bisa menjangkau kaum milenial yang hobi kerja di kafe sambil ngopi difasilitasi dengan wifi yang kencang. Sejak dibuka pada April 2018 dengan menggunakan momentum Piala Dunia, kami sudah punya 20 outlet. Alhamdulillah, The Gade Café ini sukses mengubah imej Pegadaian, lebih menjangkau kaum milenial, dan yang terpenting kantor cabang tidak sepi.

Di sini, kami tak hanya sekadar jualan kopi. Lebih dari itu, kami menjual produk Pegadaian seperti investasi dan gadai emas, pembiayaan dan masih banyak lagi. Dan dengan adanya  The Gade Café ini, outlet Pegadaian di sebelahnya buka layanan sampai malam hari. Jadi, semakin mempermudah masyarakat untuk bertransaksi di Pegadaian, khususnya para pekerja yang terikat office hours.

The Gade, kedengarannya unik. Bisa diceritakan kenapa namanya The Gade?

Nickname itu kami berikan agar lebih simpel dan familiar. Kalau menyebut kata Pegadaian itu kan kedengarannya kurang simpel ya. Jadi, saya ambil kata dasarnya saja, gadai. Kalau dalam bahasa sehari-hari kan gadai lebih akrab dengan istilah gade ya. Jadilah The Gade.

Selain untuk nama kafe, apakah The Gade juga digunakan untuk branding lainnya?

Baca juga : Driver Dilarang Pake Sandal & Bau Rokok

Kami juga membangun Balai Ekonomi Desa (Balkondes) berupa homestay di pedesaan untuk memfasilitasi wisata dan turisme berbasis pedesaan. Itu kami beri nama The Gade Village. Lokasinya ada di kawasan wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ada juga The Gade Clean & Gold yang merupakan program CSR kami, Pegadaian Bersih-bersih. Di sini, kami mengkonversi sampah menjadi tabungan emas. Kelak, semua branding Pegadaian pakai nama The Gade.

Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Soenarso, berjabat tangan dengan Menteri BUMN Rini M Soemarno, usai meresmikan The Gade Village di kawasan Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Investasi emas tampak menarik. Bagaimana animo masyarakat terhadap hal ini?

Sekarang ini, saldo tabungan emas masyarakat sudah mencapai 2 ton. Pertumbuhannya terjadi dalam waktu singkat dan respon masyarakat sangat antusias. Jumlah nasabahnya sudah lebih dari 1,6 juta. Apalagi sekarang untuk bertransaksi Tabungan Emas baik menabung, transfer, buyback, atau menggadai Tabungan Emas bisa dilakukan melalui aplikasi mobile Pegadaian Digital Service (PDS). Hanya cukup beberapa sentuhan di smartphone, kebutuhan transaksi terselesaikan.

Untuk bisnis fintech, bagaimana? Apakah Pegadaian juga sudah masuk ke celah fintech?

Saat ini, kami sedang menyiapkan tim internal yang juga melibatkan orang-orang dari perusahaan fintech. Tujuannya, untuk membangun platform dan mengeluarkan produk digital lending milik Pegadaian. Nantinya, Pegadaian bisa diakses melalui layanan digital. Sehingga, nasabah tidak perlu repot datang ke gerai-gerai Pegadaian. Ini termasuk rencana strategis kami di 2019.

Sebagai BUMN yang hadir untuk negeri, apakah bisa dijelaskan peran Pegadaian dalam membangun masyarakat dan lingkungan melalui aktivitas CSR/PKBL?

Terkait hal itu, kami punya program Pegadaian Bersih-Bersih (The Gade Clean & Gold) yang mencakup tiga hal. Pertama, Bersih-bersih Lingkungan. Di sini, Pegadaian berusaha meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dalam rangka inklusi keuangan. Masyarakat diajari untuk selektif memilah sampah, utamanya sampah plastik, yang nilai sampahnya akan dikonversi ke Tabungan Emas Pegadaian.

Kedua, Bersih-bersih hati. Pegadaian akan menyalurkan bantuan dan peningkatan infrastruktur rumah ibadah dan hal-hal terkait kemanusiaan lainnya. Ketiga, bersih-bersih administrasi. Dalam hal ini, Pegadaian memberikan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan administrasi khususnya kepada para UMKM, sehingga tata kelola keuangannya akan menjadi lebih baik. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.