Dark/Light Mode

Erick Bersyukur Restrukturisasi Berjalan Mulus

PTPN dan Krakatau Steel Dulu Tekor, Kini Untung

Sabtu, 2 Oktober 2021 06:50 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam melakukan restrukturisasi layak mendapatkan jempol. Sebab, dari kebijakan itu, perusahaan pelat merah yang semula terancam bangkrut, kini meraup untung.

BUMN itu yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki utang mencapai Rp 31 triliun. Dan, Holding Perkebunan Nu­santara atau PTPN III (Persero) memiliki utang hingga Rp 43 triliun. Namun berkat restruk­turisasi utang dan pembenahan, kinerja kedua perusahaan itu kini melesat.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkap­kan, pihaknya terus melakukan pembenahan di seluruh lini dan aktivitas usaha untuk memper­baiki kinerja. Proses pembenahan itu membutuhkan waktu sedikitnya tiga tahun untuk melihat hasilnya.

Baca juga : Raup Laba Bersih Rp 609 Miliar, Krakatau Steel Makin Joss

Ia memaparkan, tren mening­katnya utang dimulai pada 2011 hingga 2018. Akumulasi utang Krakatau Steel mencapai Rp 31 triliun disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah pengeluaran investasi yang belum menghasil­kan sesuai dengan rencana.

Manajemen baru Krakatau Steel berhasil melakukan restruk­turisasi utang pada Januari 2020. Sehingga beban cicilan dan bunga menjadi lebih ringan saat ini.

“Tujuannya tidak lain untuk memperbaiki kinerja keuangan,” jelas Silmy dalam keterangan resmi yang diterima Rakyat Merdeka, Selasa (28/9).

Baca juga : PTPN Group Kantongi Laba Rp 1,45 T

Silmy mencontohkan proyek Blast Furnace yang diini­siasi pada 2008 dan memasuki masa konstruksi pada 2012, jauh sebelum dirinya bergabung di Krakatau Steel pada akhir 2018. Manajemen saat ini su­dah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak, bisa jadi produktif.

Menurut Silmy, Krakatau Steel sudah memiliki dua calon mitra strategis. Bahkan satu calon sudah menandatangani MOA (Memorandum of Agree­ment) dengan Krakatau Steel. Satu mitra lagi sudah menyam­paikan surat minat untuk bekerja sama dalam hal Blast Furnace.

“Artinya sudah ada solusi atas proyek Blast Furnace. Di­targetkan Kuartal III-2022 akan dioperasikan,” katanya.

Baca juga : Top, Kinerja Krakatau Steel Dan PTPN Mulai Mengkilap

Pengoperasian Blast Furnace nantinya, lanjut Silmy, akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri, yaitu pasir besi. Langkah ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri, yaitu iron ore.

Silmy menegaskan, semua upaya yang dilakukan ini didu­kung dengan manajemen yang bebas korupsi. Di mana Krakatau Steel sudah menerapkan ISO 37001:2016 sejak Agustus 2020.

Hal ini sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, kolusi dn nepotisme. Karena merupakan standar internasional yang dapat digunakan semua yurisdiksi. Serta, dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen yang sudah dimiliki Krakatau Steel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.