Dark/Light Mode

Atasi Learning Loss

Kemendikbudristek Gencar Terapkan Kurikulum Prototipe

Sabtu, 29 Januari 2022 07:50 WIB
Kepala Badan Standar Kurikulum, Asesmen, dan Perbukuan (BSKAP) Kemendikbudristek) Anindito Aditomo. (Foto: Istimewa)
Kepala Badan Standar Kurikulum, Asesmen, dan Perbukuan (BSKAP) Kemendikbudristek) Anindito Aditomo. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Kurikulum yang fleksibel itu dibutuhkan di tengah pandemi saat ini. Karakter anak didik dibentuk sesuai dengan pengalaman nyata. Pengembangan keterampilan, juga disesuaikan dengan pekerjaan yang dibutuhkan pada industri saat ini.

“Penerapan operasional kita serahkan ke tingkat sekolah. Terpenting, anak melihat konsep yang dipelajari dengan konteksnya, melihat relevansi problem di sekitar mereka. Agar konsep dan materi tidak berhenti sebagai konsep yang abstrak dan berguna sehari-hari,” tuturnya.

Baca juga : Kemendag Gandeng Kemendikbudristek Luncurkan Penggerak Muda Pasar Rakyat

Sementara di SMK, siswa tidak langsung diminta mengerjakan materi hard skills pada semester awal. Tapi, mengembangkan soft skills, kreativitas dan leadership atau kepemimpinan di semester awal.

Dalam struktur kurikulum prototipe, pembelajaran berbasis proyek menggunakan 20 sampai 30 persen jam pelajaran. Mulai dari PAUD, SD/MTs, SMP, SMA/SMK, hingga SLB.

Baca juga : Kemendikbudristek Dorong Seluruh Tenaga Pendidikan Dilindungi BP Jamsostek

“Hal itu ditujukan untuk mengembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila,” tambah anak buah Mendikbudristek Nadiem Makarim ini.

Kurikulum prototipe ini diklaim bisa diterapkan semua sekolah. Termasuk, sekolah di daerah terluar, terpencil, tertinggal (3T). Dengan menekankan pada fleksibilitas dan tidak padat materi pembelajaran, hal itu bisa meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus mengatasi masalah kesenjangan pendidikan.

Baca juga : Operasi Pasar, Pemerintah Gelontorkan 11 Juta Liter Minyak Goreng

Kurikulum ini, lanjut Anindito, juga dapat diterapkan tanpa teknologi dan tanpa gadget. “Memang ada keterbatasan seperti pelatihan gurunya, tetapi pada dasarnya materi lebih sedikit dan fokus pada esensial itu membuka peluang pada sekolah-sekolah untuk fokus pada peningkatan kompetensi dan karakter,” jelas dia.

Toh, keterbatasan teknologi bukan menjadi penghambat sekolah di daerah terpencil tidak bisa menerapkan kurikulum baru. Nyatanya, banyak sekolah di daerah yang bukan sekolah favorit, tapi tergabung dalam sekolah penggerak. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.