Dark/Light Mode

Perpusnas Dukung Presidensi G20 Indonesia Melalui Penerbitan Buku Tematik

Senin, 23 Mei 2022 16:27 WIB
Talkshow Perpusnas dan Penulis untuk G20, Senin (23/5). (Foto: Dok. Perpusnas)
Talkshow Perpusnas dan Penulis untuk G20, Senin (23/5). (Foto: Dok. Perpusnas)

 Sebelumnya 
Salah seorang penulis, Herman Oesman, mengulas isu lingkungan di daerah asalnya, Maluku Utara. Dalam tulisannya, dosen sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Maluku Utara tersebut mengungkapkan, Maluku Utara merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada 2021 yakni sebesar 16,4 persen dan para triwulan pertama 2022 sebesar 7,10 persen. Sumbangan didominasi industri pengolahan, pertambangan dan penggalian. Namun mirisnya, masyarakat yang berada di wilayah tambang justru dililit kemiskinan dan stunting.

“Lewat G20 ini, lewat tulisan yang kita support dari penerbitan buku ini, diharapkan bahwa akan ada pikiran-pikiran atau kesadaran baru bahwa ternyata lingkungan yang ada di daerah-daerah yang jauh dari kekuasaan itu, harus juga menjadi bahan perhatian utama, terutama para elite,” urainya.

Baca juga : Dukung Presidensi G20 Indonesia, PBNU Gelar Pertemuan Religion 20

Dia mengapresiasi Perpusnas yang telah mengambil peran untuk mengenalkan G20 ke seluruh masyarakat Indonesia, melalui tulisan dan buku. “Semoga talkshow ini memberikan resonansi yang begitu kuat, terutama kami, para penulis yang ada di daerah lokal, terutama dalam mendorong keberaksaraan dan literasi digital,” ujarnya.

Penulis lainnya, Sitta Rosdaniah, mengungkapkan tulisannya mengambil tema mengenai ketahanan pangan. Koordinator Analisis Ekonomi dan Sektor Industri Kementerian BUMN ini mengulas kebijakan subsidi pertanian untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan. Sitta, yang terlibat dalam lembaga think tank G20, Think 20 (T20), menyoroti efektivitas subsidi pertanian yang tujuan utamanya ketahanan pangan. Timnya menemukan beberapa tendensi subsidi pertanian yang saling menghapus dengan tujuan utama.

Baca juga : Punya Potensi Besar, Investasi Di Goto Bukan Untuk Cari Cuan

“Salah satu contohnya, kebijakan untuk mendorong peningkatan produksi pertanian dengan memberikan subsisi pupuk. Apakah ini efektif? Ternyata dari data yang kami lihat di Think 20, ada dampak kerusakan kualitas tanah kita, tempat kita melakukan produksi pangan. Ini sangat berbahaya kalau diteruskan. Padahal tujuan subsidi pupuk ini untuk membantu petani kecil,” ungkapnya.

Dia menambahkan, tim T20 Indonesia menggali kebijakan subsidi pertanian dari negara maju lainnya yang berwawasan lingkungan, tidak merusak kualitas tanah, dan menurunkan emisi global. “Sehingga efek perubahan iklim bisa dikendalikan,” pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.