Dark/Light Mode

Cerita Mitra Deradikalisasi BNPT

Jangan Coba-coba Masuk Kelompok Teroris, Susah Keluarnya

Minggu, 4 Juni 2023 15:29 WIB
Achmad Supriyanto saat berbincang dengan RM.id dan Tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), di kediamannya, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)
Achmad Supriyanto saat berbincang dengan RM.id dan Tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), di kediamannya, Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Achmad Supriyanto menemukan jalan kebenaran setelah menjalani hukuman sebagai narapidana terorisme (napiter) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusa Kambangan selama bertahun-tahun.

Supriyanto kini menjalani hidup bahagia bersama istrinya yang sedang hamil 9 bulan, Ika Puspitasari di Purworejo, Jawa Tengah.

"Selain bertani, saya sedang menjadi suami siaga menunggu kelahiran anak pertama kami," kata Achmad Supriyanto, saat berbincang dengan RM.id, di kediamannya, di Purworejo, Jawa Tengah.

Dalam berbagai kesempatan, Supriyanto bersama istri yang juga mantan napiter atau mitra deradikalisasi, sering mengisi seminar dan diskusi tentang pencegahan dan bahaya terorisme.

Baca juga : KPK: Jangan Uji Materi Penyidikan

Sebagai mitra deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), ia juga aktif mengedukasi bahaya paham-paham ekstremis kepada masyarakat.

Meski mengaku sudah berikrar setia kepada NKRI usai keluar dari penjara, Supriyanto masih tetap mendapat pengawasan dan pembinaan dari Pemerintah Daerah, kepolisian, TNI dan BNPT.

Namun, masyarakat dan pemerintah Purworejo pun sangat terbuka dan menerima dengan baik para mantan teroris, yang telah kembali menerima konsep NKRI.

"BNPT, polisi, TNI sering bersilaturahmi ke rumah kami. Kami pun beberapa kali diundang ke acara pemerintah daerah setempat," tuturnya. 

Baca juga : Faradilla Yoshi, Jangan Pacari Lelaki Suka Nyubit

Pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini berpesan kepada generasi muda, untuk dapat mempelajari agama melalui banyak guru.

Sehingga, tidak hanya bersumber dari satu guru dan satu pemahaman. Hal itulah yang bisa mencegah pengaruh terorisme.

“Saya bisa sadar, sebenarnya karena faktor ilmu, karena dulu kebodohan yang menyertai kami. Dan, ketika dalam penjara datang ilmu-ilmu yang belum pernah kami pelajari sebelumnya, akhirnya kami mengakui bahwa inilah NKRI yang harus kita perjuangkan,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, seseorang yang sudah masuk ke kelompok teroris akan sulit untuk keluar dari pemikiran-pemikiran radikal.

Baca juga : Mitra Deradikalisasi Didorong Tularkan Sentuhan Hidayah Ke Masyarakat

"Sehingga nanti dia akan susah tobatnya, karena terkait dia akan di-bully, dia akan diintimidasi, dan tidak mustahil ancaman-ancaman pembunuhan dari kelompok-kelompok lamanya. Makanya jangan pernah coba-coba, cukup kami yang menjadi contoh pelajaran," ingat Supriyanto. 

Apabila dapat keluar dari paham terorisme, mereka juga akan diperlakukan tidak baik oleh kelompok yang masih terjebak dalam paham tersebut.

"Kami banyak dikecam, dituduh jadi antek-antek BNPT, antek-antek togut NKRI, tapi itu tidak pernah menyurutkan kami untuk kembali ke NKRI," tegas pria yang terlibat dalam aksi bom Thamrin 2016 ini.

Supriyanto dan istri kini telah memutuskan untuk memulai hidup secara normal di kampung halamannya. Mereka merintis usaha membuat jajanan keripik gedebog pisang dan berjualan kue-kue basah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.