Dark/Light Mode

Akademisi Punya Tanggung Jawab Cegah Radikalisme Dan Terorisme

Senin, 31 Juli 2023 22:35 WIB
Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Prof. Raharjo (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)
Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Prof. Raharjo (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam upaya pencegahan penyebaran radikalisme dan terorisme.

Moderasi beragama harus terus digaungkan demi supaya kerukunan hidup beragama bisa selalu tercipta.

"Sebagai akademisi, tentu peran perguruan tinggi sangat penting baik di dalam pencehahan radikalisme dan terorisme lingkungan kampus sendiri dan pengabdian kepada masyarakat," kata Guru Besar UIN Walisongo Semarang Prof Raharjo, saat berbincang dengan RM.id, Senin (31/7).

Menurutnya, banyak program yang dilakukan UIN Walisongo untuk mencegah paham-paham menyesatkan yang menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yaitu, melalui kurikulum pendidikan, dan forum-forum formal seperti moderasi beragama yang sudah dimiliki UIN Walisongo sejak 2019.

Melalui moderasi beragama, para pendidik dan mahasiswa bisa berinteraksi, berdiskusi tentang masalah kerukunan beragama.

Baca juga : Sebut OTT Basarnas Sesuai Prosedur, Ketua KPK: Itu Tanggung Jawab Penuh Pimpinan

Moderasi beragama penting dibangun dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.

Dengan semua perbedaannya, namun berbhineka tunggal ika disatukan dalam NKRI.

Diharapkan kita bisa membangun persatuan ditengah keberagamaan melalui moderasi beragama dan membangun sinergitas anak bangsa.

"Program untuk pencehahan terorisme banhak sekali. Ada pengajian rutin bagi tenaga pendidik, dosen dan forum diskusi ataupun seminar bagi mahasiswa. Semua dilakukan dalam moderasi beragama," jelasnya.

Selain di lingkungan kampus, para pendidik ataupun dosen juga memiliki tanggung jawab di lingkungan masing-masing tempat tinggalnya.

"Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, kami juga membina dan membimbing masyarakat melalui pengajian rutin di lingkungan masing-masing," terangnya.

Baca juga : Presiden Jokowi Puji Perbaikan Jalan Di Jawa Tengah Capai 88 Persen

Hal itu dianggap efektif sebagai cara pencegahan penyebaran radikalisme dan terorisme.

Bahkan, kata dia, melalui cara itu, bisa terdeteksi siapa saja orang yang memiliki potensi terpapar terorisme.

"Kalau ada orang yang tidak mau berbaur dengan maayarakat, tertutup dan cenderung tidak mau menerima kebaikan. Maka hal itu harus diwaspadai," jelasnya.

Masalah terorisme telah menjadi keprihatinan bagi Indonesia dan juga masyarakat internasional.

Terorisme merupakan ancaman serius. Bukan hanya terhadap perdamaian dan keamanan, tapi juga berdampak kepada perkembangan hukum, sosial dan ekonomi.

Karena itu, terorisme harus dicegah sedini mungkin. Dalam perang melawan terorisme diperlukan upaya komperhensif secara lintas instansi dan lintas negara.

Baca juga : Covid-19 Melandai, Pelanggan Kereta Api Jarak Jauh Naik 53 Persen

Penanggulangan terorisme juga tidak hanya dapat dilakukan Pemerintah Pusat dan daerah saja, tapi juga masyarakat sipil.

Dalam satu dekade terakhir, masyarakat sipil termasuk organisasi keagamaan memiliki peran penting dalam upaya pencegahan terorisme di Indonesia.

Salah satu agenda utama keterlibatan masyarakat sipil adalah memperkuat relasi antarkomunitas yang ada dalam merespons persoalan terorisme.

Tujuannya, membangun ketahanan sosial masyarakat di tengah terpaan pahan dan aksi terorisme.

Upaya membangun ketahanan yang dilakukan organisasi atau kelompok masyarakat sipil tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran publik.

Namun juga, turut membangun jaringan dan jembatan pemahaman lintas komunitas terkait ancaman terorisme.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.