Dark/Light Mode

Jokowi: 3 Tahun Hilirisasi, Problem Defisit Transaksi Berjalan Hilang

Kamis, 21 November 2019 11:47 WIB
Jokowi: 3 Tahun Hilirisasi, Problem Defisit Transaksi Berjalan Hilang

RM.id  Rakyat Merdeka - Persoalan defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan, diyakini tak akan berlama-lama menghantui Indonesia. Presiden Jokowi optimis, masalah tersebut dapat selesai dalam waktu tiga tahun, bila Indonesia serius mengeksekusi kebijakan hilirisasi pertambangan.  

Hal ini diungkap Jokowi, saat memberikan sambutan dalam acara Indonesia Mining Award 2019 di Hotel Ritz Charlton Jakarta, Rabu (20/11).

"Saya hitung-hitung, kalau semua menuju hilirisasi dan industrialisasi, dibuat barang jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai tiga tahun, semua problem (masalah) defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun," ucap Jokowi yang saat itu didampingi  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.

Salah satu komoditas tambang yang menjadi sorotan adalah nikel. Bahan tambang ini bisa dijadikan campuran lithium baterai, yang merupakan bahan baku pembentukan baterai kendaraan listrik. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah, yang tengah gencar mengembangkan mobil listrik.

Baca juga : Sosialisasikan Segera Asuransi Pertanian

"Jadi ngapain kita impor elpiji, petrokimia dalam jumlah besar. Padahal nikel bisa dibangun. Saya jamin, persoalan current account deficit  bisa hilang tak akan lebih dari tiga tahun. Apalagi, kalau tambah satu komoditas. Belok ke situ sebagian, rampung kita," tutur Jokowi.

Kementerian ESDM melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 sudah memberikan larangan untuk melakukan ekspor biji (ore) nikel, terhitung  1 Januari 2020. Keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan peningkatan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut.

Komoditas lain yang bisa dimaksimalkan dari hilirisasi adalah mengubah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti gas bumi cair (Liquified Petroleum Gas/LPG). Lalu, LPG bisa diubah menjadi petrokimia, metanol, dan sebagainya.

Ramah Lingkungan

Baca juga : Jokowi: Munas Golkar Jangan Panas

Presiden Jokowi mengingatkan pengusaha tambang bahwa dunia semakin mengarah pada energi ramah lingkungan, yang bakal secara perlahan menggantikan energi fosil yang selama ini digunakan. Maka, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang.

"Perlu kita garis bawahi bersama, dunia sudah menuju kepada energi yang ramah lingkungan," tegas Jokowi.

"Hati-hati terhadap penggunaan batubara, saya lihat masih banyak kerusakan lingkungan akibat kerusakan lingkungan akibat penggunaan sumber daya alam yang begitu cepat. Saya minta kita jaga kerusakan lingkungan akibat eksplorasi yang begitu banyak di negara kita," sambungnya.

Jokowi juga menuturkan, Indonesia memiliki  potensi sumber EBT yang cukup besar. "Saya tahu. Nanti akan kita arahkan penggunaan EBT. Baik itu hydropower, angin, solar cell, atau geotermal," papar Jokowi.

Baca juga : Harus Dekat Sekali Atau Sekalian Melawan

Dalam catatan Kementerian ESDM, potensi sumber daya EBT tediri dari panas bumi (11 GW), angin (60,6 GW), bioenergi (32,6 GW), air dan mikrohidro (94,3 GW), surya (207,8 GWp) dan laut (17,9 GW). Total, Indonesia memiliki 442 GW potensi EBT dan baru diutilisasi sebesar 2,1 persen atau 9 GW. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.