Dark/Light Mode

Tepis Luas Hutan Menciut

KLHK: Banjir Di Kalsel Dampak Cuaca Ekstrim

Kamis, 21 Januari 2021 05:41 WIB
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah. (Dok. Kementerian LHK).
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah. (Dok. Kementerian LHK).

 Sebelumnya 
Ia melanjutkan, analisis soal banjir Kalsel yang banyak beredar di media sosial juga dilakukan tidak menggunakan metode analisis kawasan hutan yang tidak sesuai standard. Bahkan, analisisnya tidak dengan kalibrasi menurut metode resmi yang dipakai.

“Makanya harus kami luruskan agar tidak terjadi simpang siur informasi di tengah bencana. Informasi ini juga bisa jadi rekomendasi bagi para pengambil kebijakan, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda) dalam mitigasi bencana,” ujar Karliansyah.

Ia menyebut, KLHK memberikan rekomendasi kepada Pemda dan stakeholder lainnya, yaitu pembuatan bangunan konservasi tanah dan air, terutama pada daerah yang limpasannya ekstrim.

Baca juga : Jokowi Dengar Keluhan Rakyat

Selain itu, lanjut dia, mempercepat dan memfokuskan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di daerah sumber penyebab banjir, dan pembuatan bangunan-bangunan pengendali banjir.

“Perlu terobosan-terobosan terkait dengan konservasi tanah dan air, terkait Lanskap yang tidak mendukung. Beberapa rekomendasi ini telah dijalankan dengan baik bersama Pemda,’’ kata Karliansyah.

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK, Belinda Arunarwati Margono menerangkan, dari hasil analisis yang dilakukan Kementerian LHK, penurunan luas hutan alam DAS Barito di Kalsel selama periode 1990-2019 adalah sebesar 62,8 persen, dengan penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000, yaitu sebesar 55,5 persen.

Baca juga : Di Tengah Guyuran Hujan, Jokowi Tinjau Lokasi Banjir Di Kabupaten Banjar

Ini terlihat pada peta tutupan hutan Kalimantan periode 1990 hingga 2019. “Peta tutupan hutan ini juga untuk meluruskan informasi yang berkembang liar di medsos perihal luas tutupan lahan hutan Kalimantan, yang disebut sebagai penyebab utama banjir,” tegasnya.

Belinda juga menjelaskan, untuk mendapatkan gambaran secara holistik tentang penyebab banjir, perlu dilakukan kajian secara keseluruhan DAS utama di wilayah banjir. Terutama kajian pada DAS Barito yang merupakan DAS utama, dengan perhatian khusus pada wilayah hulu DAS.

Sebelumnya, banjir menerjang 10 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Hingga minggu pekan lalu, 18 Januari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 24 ribu rumah terendam dan 35 ribu lebih warga mengungsi. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.