Dark/Light Mode

Keputusan Tetap Di Tangan Orangtua

Nadiem: Guru Kelar Divaksin, Sekolah Wajib Buka Opsi Tatap Muka

Kamis, 18 Maret 2021 19:01 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Kamis (18/3). (Foto: Rizky Syahputra/RM)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Kamis (18/3). (Foto: Rizky Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan, sekolah wajib memberikan opsi pembelajaran tatap muka terbatas, setelah guru dan tenaga kependidikan mendapatkan vaksinasi Covid dosis kedua.

Pembelajaran tatap muka itu, tidak harus dilakukan setiap hari. Yang penting, opsinya ada.

Namun, keputusan sepenuhnya tetap berada di tangan orangtua.

Baca juga : Mendikbud: Setelah Vaksinasi, Sekolah Didorong Belajar Tatap Muka

"Setelah dilakukan vaksinasi untuk pendidik dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan wajib memberikan opsi layanan pembelajaran tatap muka terbatas," kata Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Kamis (18/3).

"Dalam hal ini, orangtua dapat memilih bagi anaknya untuk melakukan pembelajaran tatap muka, atau tetap melakukan pembelajaran jarak jauh," sambungnya.

Nadiem menjelaskan, pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari setahun ini, berpotensi menimbulkan dampak negatif sosial yang berkepanjangan.

Baca juga : Sabar, Pemprov DKI Belum Bahas Sekolah Tatap Muka

Pertama, putus sekolah karena anak harus bekerja. Dalam hal ini, banyak orangtua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar, apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.

Kedua, penurunan capaian belajar. Kata Nadiem, ini sudah pasti terjadi. Tak cuma di Indonesia, tetapi juga seluruh dunia.

"Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh apat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio ekonomi berbeda," kata Nadiem.

Baca juga : Sandiaga Ngebet Garap Wisatawan Nusantara

Studi menemukan, pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik saat dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh.

Ketiga, kekerasan pada anak dan risiko eksternal. Tanpa sekolah, banyak anak yang terjebak kekerasan di rumah tanpa terdeteksi guru. Ketika anak tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan risiko pernikahan dini pada anak dan kehamilan usia remaja. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.